Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan

Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan

Kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan secara umum termasuk ke dalam kategori kebudayaan masyarakat pantai. Hal ini ditandai dengan kegiatan perdagangan yang menonjol dan adanya pengaruh agama Islam yang kuat. Kebudayaan ini dihasilkan oleh masyarakat Makassar dan Bugis yang merupakan penduduk mayoritas yang terdapat di Sulawesi Selatan. Adapun suku Toraja mempunyai ciri kebudayaan yang berkembang dari kegiatan perladangan berkat kecerdikan masyarakat beradaptasi dengan lingkungan.

A. Bahasa Daerah Sulawesi Selatan

Bahasa Bugis (bahasa Ugi) digunakan oleh orang-orang Bugis. Beberapa dialek dalam bahasa Bugis misalnya Bone, Pangkep, Camba, Sinjai, Sidrap, Wajo, Soppeng, Sawitto, Barru, dan Luwu. Suku Makasar menggunakan bahasa Mangasara (Mangasarak) dengan persebaran sebagian besar di wilayah Pangkep, Gowa, Maros, Jeneponto, Bantaeng, Takalar, dan Makasar. Cara pengucapan bahasa mangasara terdiri atas beberapa dialek, antara lain dialek Gowa (Gowa, Lakiung), Turatea(Jeneponto), Maros, dan Pangkep. Bahasa Mangasara ini terdiri atas beberapa sub bahasa, yaitu bentong, konjo pesisir, konjo pegunungan (kajang), dan selayar.

Suku Toraja menggunakan bahasa Toraja yang terdiri atas beberapa sub bahasa yaitu bahasa Tae', Toala', dan Torajasa'dan. Bahasa Tae'digunakan di daerah Masamba sampai ujung selatan Luwu Utara, sedangkan bahasa Torajasa'dan digunakan untuk Tana Toraja dan sebagian Luwu Utara.

mengenal-kebudayaan-sulawesi-selatan-1

B. Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Selatan

Rumah adat Sulawesi Selatan bermacam-macam bentuk dan jenisnya tergantung suku bangsa yang ada di Sulawesi Selatan. Rumah adat Tongkonan (rumah adat suku Toraja) menjadi identitas rumah adat Sulawesi Selatan. Tongkonan berarti balai musyawarah. Menurut kepercayaan Toraja, terdapat hubungan yang sangat erat antara manusia, bumi, dan tongkonan. Oleh karena itu, waktu dan cara pembangunan harus memenuhi peraturan tertentu sesuai dengan ajaran aluk todolo.

Rumah adat suku Bugis dan Makassar memiliki kesamaan. Keduanya memiliki bentuk yang hampir sama.Orang Makassar menyebut rumah dengan balla, sedangkan orang Bugis menyebutnya dengan bola. Rumah adat Makassar dan suku Bugis bertipe rumah panggung yang berkolong pada bagian bawahnya. Selain rumah adat di atas, ada banyak bentuk rumah adat lainnya di Sulawesi Selatan. Setiap daerah memiliki keunikan dan nama-nama sendiri, misalnya rumah adat attake (kab. Wajo), Bola soba (Soppeng), rumah adat Bajo (kab. Bone), rumah adat suku kajang (kab. Bulukumba), perkampungan nelayan (Pallopo), dan rumah terapung (Sekang).


Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan

C. Pakaian Tradisional Daerah Sulawesi Selatan

Pakaian Suku Bugis
Anak laki-laki mengenakan pakaian terdiri atas tope, songkok pute passapu, lipa'sabbe, waju kasa, dan pakambang, sedangkan anak perempuan mengenakan jempang, tope, waju ponco/waju pella-pella/waju rawang, lipa' sabbe, waju bella dada. Pakaian dewasa sehari-hari untuk bangsawan laki-laki berupa lipa'sabbe, waju bella dada, dan jase tutu, untuk perempuan mengenakan waju bodo, dan lipa' sabbe. Pakaian orang biasa untuk laki-laki mengenakan lipa'wenang dan waju, sedangkan wanita mengenakan lipa' dan waju ponco.

Pada saat upacara adat anak bangsawan laki-laki mengenakan pakambang, lipa'sabbe, songko' pamiring, tope, serta songkok pute, sedangkan untuk perempuan mengenakan pakambang, lipa'sabbe, waju rawang, dan waju ponco'. Sedangkan untuk anak orang biasa laki-laki mengenakan lipa' dan songkok guru, dan perempuan mengenakan lipa'sabbe dan waju ponco'.

Pakaian pria dewasa untuk upacara mengenakan lipa'sabbe, waju jase tutu, dan songkok pamiring ulaweng. Pakaian yang dikenakan oleh Bissu yaitu songkok guru/ songkok to-Bone, baju model jase tutu, rok panjang untuk ketua Bissu serta passapu dan baju kurung panjang smpai mata kaki dengan belah dada pada bagian dada untuk para anggota Bissu.

Pakaian Suku Makassar
Pakaian sehari-hari untuk anak laki-laki yaitu salawik, lipa', lipa'sabbe, passapu, dan songkok guru, sedangkan anak wanita memakai jempang, salawik, lipa', baju rawang, dan lipa'sabbe. Pakaian untuk orang dewasa laki-laki memakai lipa'sabbe, songkok guru, dan jase tutu, sedangkan untuk wanita dewasa memakai baju bodo dan lipa'sabbe.

Pakaian yang dikenakan saat upacara anak laki-laki bangsawan memakai songkok gaduk, songkok biring, sedangkan anak wanita mengenakan waju assusun. Untuk pria dewasa laki-laki mengenakan lipa'sabbe, jase tutu, dan songkok guru, sedangkan perempuan memakai baju rawang, waju kasa, lipa'sabbe.

Pakaian Suku Toraja
Pakaian sehari-hari antara lain pio (sejenis cawat yang sekarang sudah tidak digunakan lagi), baju pokko'(pakaian khusus anak laki-laki maupun wanita), seppa' (celana pendek anak laki-laki), sambu' (sarung untuk anak laiki-laki maupun wanita), baju pokko' serta bayu toraya (laki-laki dan perempuan).

Pakaian saat upacara adat Rambu Tuka' masyarakat Toraja mengenakan pakaian adat warna warni dengan warna dasar kuning. Sebaliknya, pada upacara adat Rambu Solo' masyarakat Toraja mengenakan pakaian adat serba hitam. Pakaian adat yang dikenakan laki-laki pada kedua upacara tersebut yaitu passapu', bayu toraya, dan salembang, sedangkan kaum wanita mengenakan bayu toraya, dodo, dan salembang.

Selain itu masyarakat Toraja juga mengenal pakaian adat yang dikenakan laki-laki saat upacara Ma'rinding yang merupakan bagian upacara Rambu Solo'. Ma'rinding merupakan jenis tarian perang yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Pada upacara ini kaum laki-laki mengenakan beke', salembang, bayu toraya, dan seppa'.


Pakaian-tradisional-sulawesi-selatan

D. Kesenian Tradisional Daerah Sulawesi Selatan

Tarian Tradisional Daerah Sulawesi Selatan
Tiap suku bangsa memiliki jenis tarian tradisional tertentu yang berkaitan dengan kebudayaan masing-masing. Sulawesi Selatan memiliki beragam tarian berdasarkan suku bangsa yang terdapat di wilayah Sulawesi Selatan. Tarian Suku Bugis-Makassar diantaranya tari Pakarena, Pajoge, Pamanca, Pajaga Andi, Paddupa Bossara, Padendang, Pattenung, Paraga, Mappuka, Ganrang Bulo, Paolle, Maddogi, Kipas, Pasere Pitupitu, Masselung Tana, Marumatang, Galaganjur, dan Salonreng.

Tarian Suku Toraja antara lain Ma'gellu, Ma'papangngan, Daun Bulan, Burake, Ma' dandan, Manganda', Manimbong, Pa'bondesan, Ma'bandong, Memanna, Ma'katia, dan Ma'paranding.

Musik Tradisional Daerah Sulawesi Selatan
Suku Bugis-Makassar memiliki beberapa jenis musik tradisional. Diantaranya mappadendang yaitu alat musik yang terdiri atas lesung dan alu. Kemudian ada Jajjakkang yaitu peralatan musik dari kab. Gowa yang terdiri atas kancing, bacing, bulo, dan kaoppo serta Orkes Toriolo, yaitu orkes tempo dulu dari kota Makassar yang terdiri atas alat musik biola, gendang, gong, rebana, katto-katto, dan kannong-kannong.

Suku Kajang di kab. Bulukumba mengenal jenis musik tradisional yang disebut Basing-Basing. Suku Toraja memiliki alat musik seperti Passuling, Pa'pelle/ Pabarrung, Pa'bas atau Pa'pompang, Pa'karombi, Pa'geso'geso, Gendang, dan Pa'tulali.

Kerajinan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan
  • Kerajinan Tenun Sutera
Sengkang, Kab. Wajo merupakan sentra penghasil kain sutra. Sementara Soppeng sebagai penghasil benang sutra. Sejak dahulu, suku Bugis di Sengkang terkenal sebagai penghasil kain sarung yang disebut lipa' sengkang. Lipa' sengkang ada beberapa corak, antara lain kotak-kotak kecil (cure'renni), kotak-kotak besar (cure'lobang), motif bunga (cure'subbi), dan variasi bunga-ombak (cure'bombang).
  • Pembuat Perahu Pinisi
Desa Tana Beru, Bulukumba, yang terletak 173 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan adalah desa yang sudah ratusan tahun menajadi tempat pembuatan kapal tradisional. Di desa inilah kapal pinisi atau perahu khas Makassar dibuat. Uniknya, para pengrajin kapal di desa ini tidak menggunakan gambar dalam bekerja. Semua seperti sudah terpola di pikiran mereka masing-masing. Para tukang pembuat perahu (sahi) biasanya merupakan orang-orang Ara atau Bira yang secara turun temurun mewarisi keahlian membuat perahu dari nenek moyangnya.
  • Seni Ukir Toraja
Salah satu kerajinan yang terkenal dan khas Tana Toraja adalah seni ukir. Pusat kerajinan ukir ini terdapat di desa Tikala dan Ratepao. Pada masyarakat Toraja ukiran dipakai sebagai ragam dekorasi baik eksterior maupun interior pada rumah adat Toraja (Tongkonan), termasuk pula pada lumbung pari (Alang Sura').

E. Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan

Orang Makassar, Bugis dan Toraja mengenal upacara yang berhubungan dengan daur hidup dan yang umum. Misalnya, pada masa kehamilan orang Makassar mengenal ritual adat yang dinamakan dengan annyampa' sanro dan a'bayu minnya'. Begitupula orang bugis mengenal makkatenni sanro, mappanre to mengindeng, dan maccera wettang yang prinsipnya sama dengan yang diselenggarakan masyarakat Makassar.

Adapun orang Toraja sedikit berbeda karena mereka tidak mengenal ritual adat pada saat kehamilan dan kelahiran. Namun, orang Toraja terkenal dengan penyelenggaraan adat upacara kematian. Upacara adat kematian orang Toraja disebut dengan Rambu Solo'. Ada beberapa tingkatan dalam perayaan Rambu Solo' tergantung status sosial orang yang mati. Dalam perayaan Rambu Solo' terdapat bermacam-macam kegiatan seperti mapasilaga tedong (adu kerbau), sisemba (adu kaki), tari-tarian, musik, dan pemotongan kerbau khas Toraja.

Adapun upacara yang bersifat umum yang dirayakan masyarakat Sulawesi Selatan di antaranya, maccera tappareng, pa'jukukang, tudang ade, ma'rimpa salo. Beragam upacara tersebut pada prinsipnya diselenggarakan masyarakat untuk mengucap rasa syukur atas kesejahteraan yang mereka terima.

Pembahasan lengkapnya silahkan klik Upacara Adat Sulawesi Selatan Lengkap Penjelasannya

F. Senjata Tradisional Daerah Sulawesi Selatan

Orang Bugis dan Makassar memiliki senjata tradisional berupa keris. Dalam bahasa Bugis keris disebut kawali, sedangkan orang Makassar menamakan keris dengan sebutan seleq'. Ada bermacam-macam nama keris, misalnya gencong, kaleo, tappi, dan sambang.

Badik merupakan senjata tradisional yang dikenal dan dipergunakan orang Bugis dan Makassar sejak ratusan tahun lalu. badik terbuat dari besi yang satu sisi bilahnya tajam dan ujung runcing. Badik Makassar bentuknya memiliki kale (bilah) yang pipih, batang buncit dan tajam serta cappa' (ujung) yang runcing. Badik berbentuk seperti ini disebut badik sari. Badik masyarakat Bugis memiliki bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak melebar pada bagian ujung.

G. Makanan Khas Daerah Sulawesi Selatan

Ada beberapa jenis makanan yang menjadi ciri khas bagi daerah Makassar, diantaranya coto makassar, sop konro, pisang epe, dan es palubuntung. Selain jenis makanan tersebut, masih banyak jenis makanan tradisional lainnya, diantaranya ikan bakar, barongko, coto kuda, nyuknyang, burasa, kapurung, dange, dan patollo pammarasan.


Demikian pembahasan tentang "Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan" yang dapat kami sajikan. Artikel ini dikutip dari buku "Selayang Pandang Sulawesi Selatan: Iswanto". Baca juga artikel kebudayaan daerah di Indonesia lainnya di situs SeniBudayaku.com.

Posting Komentar untuk "Mengenal Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan"