Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

6 Contoh Tembang Gambuh dan Artinya Secara Lengkap

Tembang Gambuh berasal dari kata "jumbuh" (dalam bahasa Jawa) yang artinya sesuai, tepat, atau kecocokan, kesepahaman serta kebijaksanaan. Bijaksana artinya dapat menempatkan sesuatu sesuai porsinya, tempatnya dan mampu bersikap adil. Tembang Gambuh berisikan tentang ajaran dan nasehat kepada generasi muda dalam pergaulan, sikap dan tingkahlaku dalam menjalin hubungan dengan teman dan masyarakat lainnya.

Watak Tembang Gambuh berisikan tentang persahabatan dan keramahtamahan, serta dapat digunakan untuk menyampaikan beragam cerita kehidupan yang pada intinya digunakan sebagai pedoman dan pengalaman dalam pergaulan.

Tembang Gambuh memiliki Guru Gatra: 5 baris setiap bait (Artinya tembang Gambuh ini memiliki 5 larik atau baris kalimat).

Guru wilangan Tembang Gambuh yaitu: 7, 10, 12, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 7 suku kata, baris kedua berisi 10 suku kata, dan seterusnya). Dan Guru lagu Tembang Gambuh yaitu: u, u, i, u, o (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua berakhir vokal u, dan seterusnya).

Contoh Tembang Gambuh

Berikut contoh tembang Gambuh dan artinya secara lengkap yang telah kami rangkum sejumlah 41 tembang Gambuh. Postingan kami sebelumnya hanya menuliskan 6 contoh dan telah kami perbarui dengan menambahkan sejumlah 35 contoh tembang Gambuh lengkap dengan artinya (Sebanyak 35 tembang Gambuh diciptakan oleh KGPA. Mangkunagara IV (dalam serat Wedotomo) dari buku "Menyingkap serat Wedotomo" oleh : Anjar Any. dan 6 tembang Gambuh kami rangkum dari sumber lain). Semoga dapat memberikan wawasan bagi pembaca yang menyukai tembang macapat.

1) Samengko ingsun tutur,
Sembah catur supaya Jumuntur,
Dhihinraga, cipta, jiwa, rasa, kaki,
Ing kono lamun tinemu,
Tandha nugrahaning Manon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sekarang saya berkata, empat buah sembah agar mewaris (kau tiru). Pertama : Raga, Cipta, Jiwa dan Rasa anakku. Disitu bila tercapai, itu pratandha kebesaran Tuhan.

2) Sembah raga punika,
Pakartine wong amagang laku,
Susucine asarana saking warih,
Kang wus lumrah limang wektu,
Wantu wataking weweton.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sembah Raga itu, perbuatan orang yang baru menjadi calon (langkah pertama), Pembersihnya dengan air, yang biasa lima waktu, merupakan sipat aturan/ angger-angger.

3) Inguni uni durung,
Sinarawung wulang kang Sinerung,
Lagi iki bangsa kas ngetokken anggit,
Mintokken kawignyaipun,
Sarengate elok elok.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Dahulu kala belum pernah, dikenalkan dengan pelajaran rahasia, Baru sekarang kelompok yang bersemangat memperlihatkan rekuan-rekaan. Memperlihatkan kemampuannya, dengan cara yang aneh-aneh.

4) Thithik kaya santri Dul,
Gajeg kaya santri brai kidul,
Saurute Pacitan pinggir pasisir,
Ewon wong kang padha nggugu,
Anggere padha nyalemong.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Kadangkala seperti santri Dul, kalau tidak salah seperti santri daerah selatan, disepanjang tepi pantai Pacitan Ribuan orang yang percaya, aturan yang asal diucapkan.

5) Kasusu arsa weruh,
Cahyaning Hyang kinira yen karuh,
Ngarep arep urub arsa den kurebi,
Tan wruh kang mangkono iku,
Akale kaliru enggon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Tergesa-gesa ingin segera tahu, Mengira kenal dengan cahaya Tuhan, mengharap cahaya akan ditelungkubi (dihormati). Tidak tahu yang begitu itu, pandangannya tidak benar (salah tempat).

6) Yen ta jaman rumuhun,
Tata titi tumrah tumaruntun,
Bangsa srengat tan winor lan laku batin,
Dadi nora gawe bingung,
Kang padha nembah Hyang Manon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Bila dijaman dahulu, diatur sebaik-baiknya dari awal hingga akir. Bagian sariat tidak dicampur dengan ulah batin. Sehingga tidak membingungkan, bagi yang menyembah Tuhan.

7) Lire sarengat iku,
Kena uga ingaranan laku,
Dhingin ajeg kapindone ataberi,
Pakolehe putraningsung,
Nyenyeger badan mrih kaot.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Artinya sariat itu, dapat juga disebut laku (cara). Pertama dilakukan dengan tetap, kedua tekun. Hasilnya anakku, menyegarkan badan agar lebih baik.

8) Wong seger badanipun,
Otot daging kulit balung sungsum,
Tumrah ing rah memarah antengingati,
Antenging ati nunungku,
Angruwat ruweding batos.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Orang yang sehat badannya, Otot, daging kulit, tulang dan sungsum, mempengaruhi darah menjadikan tenangnya hati. Tenangnya hati menjadikan/dapat menghilangkan pikiran yang kisruh.

9) Mangkono mungguh ingsun,
Ananging ta sarehne asnafun,
Beda beda panduk panduming dumadi,
Sayektine nora jumbuh,
Tekad kang padha linakon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Itu bagi saya, tetapi karena orang itu berbeda-beda, lain-lain nasib (kodrat iradat) orang, Sebenarnya tidak cocok, tekad yang dijalankan itu.

10) Nanging ta paksa tutur,
Rehne tuwa-tuwa se mung catur,
Bok lumuntur lantaraning reh utami,
Sing sapa temen tinemu,
Nugraha geming kaprabon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Tetapi memaksa diri memberi petuah, karena sebagai orang tua kewajibannya hanya berpetuah. Siapa tahu dapat diwariskan sebagai pengantar aturan yang baik. Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan, pahala dari Tuhan. 

11) Samengko sembah kalbu,
Yen lumintu uga dadi laku,
Laku agung kang kagungan Narapati,
Patitis tetesing kawruh,
Meruhi marang kang momong.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sekarang sembah kalbu, jika terus-menerus dilakukan juga menjadi laku (tindakan yang berpahala), Tindakan besar yang dimiliki oleh raja. Tepat tumbuhnya ilmu ini, dapat mengetahui yang merawat diri/ pengasuhnya.

12) Sucine tanpa banyu, 
Tan Mung nyunyuda mring hardaning kalbu,
Pambukane tata titi ngati-ati,
Atetep telaten atul,
Tuladan marang waspaos.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Pembersihnya tanpa air. Hanya dengan mengurangi nafsu dihati. Mulainya dari sikap yang baik, teliti dan berhati-hati. Serta tetap tidak bosan dan menjadi watak. Contoh untuk waspada.

13) Mring jatining pandulu,
Panduk ing ndon dedalan satuhu,
Lamun lugu legutaning reh maligi,
Lageane tumalawung,
Wenganing
alam kinaot.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Pada pandangan yang sebenarnya, mencapai tujuan/jalan yang benar. Jika benar/bares kebiasaannya yang kusus, ciri khasnya keadaan sayup-sayup sampai. Terbukanya alam yang lain (alam diatas).

14) Yen wus kambah kadyeku,
Sarat sareh saniskareng laku,
Kalakone saka eneng ening eling,
Ilanging rasa tumlawung,
Kono adiling Hyang Manon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Bila sudah mengalami seperti itu, saratnya sabar segala tindak tanduk. Terlaksananya dengan cara tenang syahdu tetapi tetap sadar. Bila rasa sayup sampai tadi hilang, itulah maha adilnya Tuhan.

15) Gagare ngunggar kayun,
Tan kayungyun mring ayuning kayun,
Bangsa anggit yen ginigit nora dadi,
Marma den awas den emut,
Mring pamurunging lelakon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Gagalnya membiarkan kehendak, tidak tertarik kepada indahnya tujuan. Hal yang direka-reka bila dirasakan (digigit) tidak terwujud. Maka dari itu harap waspada terhadap perintang/tujuan.

16) Samengko kang tinutur,
Sembah katri kang sayekti katur,
Mring Hyang Sukma sukmanen saari ari,
Arahen dipun kacakup,
Sembaling jiwa sutengong.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sekarang yang dibicarakan, sembah ketiga yang sebenarnya diperuntukkan untuk Sukma, jalankan setiap saat. Usahakan agar mencakup sembah jiwa ini anakku.

17) Sayekti luwih perlu,
Ingaranan pepuntoning laku,
Kalakuwan tumrap kang bangsaning batin,
Sucine lan awas emut,
Mring alaming lama maot.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sebenarnya lebih penting. Disebut penghabisannya tindakan, tindakan yang bersangkutan dengan batin, pembersihnya dengan awas dan Ingat, kepada alam lama yang maha besar (dapat memuat), alam kelanggengan.

18) Ruktine ngangkah ngukut,
Ngiket ngruket triloka kakukut
Jagad agung ginulung lan jagad alit,
Den kandel kumadel kulup,
Mring kelaping alam kono,
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Memeliharanya (caranya dengan) berusaha menguasai, mengikat, merangkul tiga jagad di kuasai. Jagad besar digulung dengan jagad kecil. Perkuatlah kepercayaanmu anakku, terhadap keadaan/gemerlapannya alam itu.

19) Keleme mawi limut,
Kalamatan jroning alam kanyut,
Sanyatane iku kanyataan kaki,
Sejatine yen tan emut,
Sayekti tan bisa awor.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Tenggelam (rasanya) dengan suasana berkabut/gelap. Mendapat firasat didalam alam yang menghanyut itu. Sebenarnya itu kenyataan, anakku. Sebenarnya kalau tidak ingat, akan tidak dapat bercampur.

20) Pamete saka luyut,
Sarwa sareh saliring panganyut
Lamun yitna kayitnan kang miyatani,
Tarlen mung pribadinipun,
Kang katon tinonton kono.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sarananya dari luyut (batas lahir dan batin), Serba sabar dalam mengikuti alam yang menghanyutkan. Asal waspada, dan kewaspadaan yang dapat diandalkan itu tak lain diri pribadinya yang terlihat disitu. 

21) Nging aywa salah surup,
Kono ana sajatining urub,
Yeku urub pangarep uriping budi,
Sumirat sirat narawung,
Kadya kartika katonton.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Tetapi jangan salah terima. Disitu ada cahaya sejati. Yalah cahaya-cahaya yang memimpin hidupnya sanubari. Bercahaya lebih jelas/ terang, bagaikan bintang nampaknya.

22) Yeku wenganing kalbu,
Kabukane kang wengku winengku,
Wewengkone wis kawengku neng sireki,
Nging sira uga kawengku,
Mring kang pindha kartika byor
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Itulah terbukanya hati. Terbukalah yang kuasa dan menguasai. Daerahnya sudah kau kuasai, tetapi kau juga dikuasai, oleh cahaya yang seperti bintang gemerlapan.

23) Samengko ingsun tutur,
Gantya sembah ingkang kaping catur,
Sembah rasa karasa wosing dumadi,
Dadine wis tanpa tuduh,
Mung kalawan kasing batos.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sekarang saya berbicara, Beralih dengan sembah nomer empat. Sembah rasa terasalah hakekat kehidupan ini. Terwujudnya (terlaksananya) tanpa petunjuk. Hanya dengan kesentausaan batin

24) Kalamun durung lugu,
Aja pisan wani ngaku aku,
Antuk siku kang mengkono iku kaki,
Kena uga wenang muluk,
Kalamun wus padha melok.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Apabila belum mengalami benar, jangan sekali-kahi mengaku-aku, mendapat laknat yang demikian itu anakku. Boleh dikata berhak mengatakan, upabila sudah mengetahui dengan nyata.

25) Meloke ujar iku,
Yen wus ilang sumelanging kalbu,
Amung kandel kumandel marang ing takdir,
Iku den awas den emut,
Den memet yen arsa momot.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Kenyataan yang dibicarakan ini, Bila sudah hilang keragu-raguan : hati, hanya percaya dengan sebenarbenarnya kepada takdir. Itu harap awas dan ingat. Yang cermat apabila incin menguasai seluruhnya.

26) Pamoting ujar iku,
Kudu santosa ing budi teguh,
Sarta sabar tawekal legaweng ati,
Trima lila ambeg sadu,
Weruh wekasing dumados.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Untuk melaksanakan petuah itu, harus sentausa dan teguh budinya. Dan sabar serta tawakal, iklas dihati, rela dan menerima segalanya, berjiwa pandita yang dapat dipercaya, paham akir dari hidup ini.

27) Sabarang tindak tanduk,
Tumindake lan sakadaripun, 
Den ngaksama kasisipaning sesami,
Sumimpanga ing laku dur, 
Hardaning budi kang ngrodon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Segala tindak tanduk, dikerjakan sekadarnya, memberi maaf terhadap kesalahan sesama, menghindari dari tindakan tercela, watak angkara yang besar.

28) Dadya wruh: iya dudu, 
Yeku minangka pandaming kalbu,
Ingkang buka ing kijab bullah agaib,
Sesengkeran kang sinerung,
Dumunung telenging batos.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sehingga tahu: baik dan buruk. Itulah sebagai petunjuk hati, yang membuka rintangan/tabir antara insan dan Tuhan, hal yang dikuasai dan dirahasiakan, berada di dalam hati.

29) Rasaning urip iku,
Krana momor pamoring sawu
Wujud dollah sumrambah ngalam sakalir,
Lir manis kalawan madu, 
Endi arane ing kono.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Rasa hidup itu, karena manunggal dengan citra yang berujud, Kesaksian terhadap Tuhan berada dialam semesta, Bagaikan manis dengan madu. Manakah itu sebenarnya.

30) Endi manis endi madu,
Yen wis bisa nuksmeng pasang semu,
Pasamoaning hebing kang Maha Suci,
Kasikep ing tyas kacakup,
Kasat mata lair batos.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Manakah manis, mana yang madu, apabila sudah dapat menghayati gambaran itu, Pengertian sabda Tuhan, dirangkul dan dikuasai didalam hati, terlihat lahir dan batin.

31) Ing batintan kaliru,
Kedhap kilap liniling ing kalbu,
Kang minangka colok celaking Hyang Widhi,
Widadaning budi sadu,
Pandak panduking liru nggon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Didalam batin tidak salah, Segala cahaya yang indah diteliti dalam hati. Yang sebagai obor petunjuk dalam mendekat Tuhan. Keselamatan budi pinandita, serta perobahan-perobahan yang terjadi

32) Nggonira mrih tulus,
Kalaksitaning reh kang rinuruh
Nggeyanira mrih wiwal warananing gaib,
Paranta lamun tan weruh,
Sasmita jatining endhog.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Bagaimana usahamu agar berhasil, terlaksananya hal yang dicari, Usahamu agar dapat melepas penghalangnya kegaiban. Apabila tidak tahu, perumpamaan tentang kejadiannya telur.

33) Putih lan kuningpun.
Lamun arsa titah teka mangsul,
Dene nora mantra mantra yen ing lair,
Bisa aliru wujud,
Kadadeyane ing kono.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Putih dan kuningnya, apabila akan menetas berbalik. Tidak diduga bahwa kenyataannya berganti wujud, kejadiannya disitu.

34) Istingarah tan metu,
Lawan istingarah tan lumebu,
Dene ing njro wekasane dadi njawi,
Rasakna kang tuwajuh,
Aja kongsi kabasturon.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Dapat dipastikan tidak keluar, juga dapat dipastikan tidak masuk, kenyataannya yang didalam menjadi di luar. Rasakan/pikirlah dengan sebenar-benarnya. Jangan sampai terlanjur tidak mengerti.

35) Karana yen kebanjur,
Kajantaka tumekeng saumur
Tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi,
Dadi wong ina tan weruh,
Dheweke den anggep dhayoh.
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedatama)

Artinya:
Sebab apabila terlanjur, Masgul/kecewa sepanjang hidup. Tidak ada gunanya bila kelak mati, menjadi orang hina yang tak tahu. Dirinya dianggap tamu.


36) Sekar gambuh ping catur,
Kang cinatur polah kang kalantur,
Tanpa tutur katula-tula katali,
Kadalu warsa kapatuh,
Katutuh pan dadi awon.
(Sunan Paku Buwana IV. Wulang Reh: III. 1)

Artinya:
Tembang Gambuh yang keempat,
Yang dibicarakan tingkah laku yang melenceng,
Tanpa nasihat akan terlunta-lunta,
Kadaluwarsa menjadi kebiasaan,
Disalahkan sudah mengerti menjadi jelek.

37) Rasaning tyas kayungyung,
Angayomi lukitaning kalbu,
Gambir wana kalawan hening ing ati,
Kabekta kudu pinutur,
Sumingkiringreh tyas mirong.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)

Artinya:
Keinginan dari rasanya hati,
Memberi perlindungan rasa nyaman di hati,
Melahirkan perasaan yang hening,
Karena harus memberikan nasihat,
Agar dapat menyingkap hal-hal yang salah.

38) Den samya amituhu,
lng sajroning jaman kala bendhu,
Yogya sampeyan yuda hardaning ati,
Kang anuntun mring pakewuh,
Uwohing panggawe awon.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)

Artinya:
Diharap semua menaati,
Di dalam zaman kala bendu,
Sebaiknya kamu memerangi nafsu pribadi,
Yang akan menuntun pada hal yang tidak mengenakkan,
Hasil dari perbuatan yang buruk.

39) Ngajapa tyas rahayu,
Ngayomana sasameng tumuwuh,
Wahanane ngendhakke angkara klindhih,
Ngendhangken pakarti dudu,
Dinulu luwar tibengdoh.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)

Artinya:
Usahakan supaya hatinya selamat,
Lindungilah kepada sesama terus-menerus,
Perilaku demikian akan melenyapkan angkara murka,
Melenyapkan perbuatan yang kurang sopan,
Ditelan dan dibuang jauh.

40) Beda kang ngaji pumpung,
Nir waspada rubedane tutut,
Kakanthilan manggon anggung atur wuri,
Tyas riwut ruwet dahuru,
Korup sinerung angoroh.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)

Artinya:
Berbeda dengan yang ngaji mumpung,
Hilang kewaspadaan dan banyak gangguan,
Dengan menjumpai kerepotan mengikuti hidupnya,
Hati selalu ruwet terus,
Mengambil yang bukan haknya selalu berdusta.

41) Ilang budayanipun,
Tanpa bayu weyane ngalumpuk,
Sakciptane wardaya ambebayani,
Ubayane nora payu,
Kari ketaman pakewuh.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)

Artinya:
Hilang sopan santunnya,
Tidak memiliki kekuatan dan lemah,
Apa yang dilakukan selalu hal-hal yang berbahaya,
Sumpah dan janji hanya di mulut,
Akhirnya hanya akan menemui sesuatu yang tidak mengenakan hati.

Contoh Video Penyajian Tembang Gambuh


Baca juga:
6 Contoh Tembang Megatruh dan Artinya Secara Lengkap
5 Contoh Tembang Macapat Maskumambang dan Artinya Secara Lengkap
6 Contoh Tembang Dhandhanggula dan Artinya Secara Lengkap
Demikian pembahasan tentang "6 Contoh Tembang Gambuh dan Artinya Secara Lengkap" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel Tembang Macapat menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.

1 komentar untuk "6 Contoh Tembang Gambuh dan Artinya Secara Lengkap"

  1. GAMBUH
    Yen mberung andelarung
    Anuruti karep kang tanurus
    Raorane biso tentrem njroning urip
    Destun malah soyo kuwur
    Njroning nala tan gumolo.......
    Nderek nyuwun pirsa serat tembang menika kulo ngantod saniki dereng mangertos artinipun. Menawi saged Monggo kulo diparingi pangertosanipun. Sembah Matur nuwun

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang baik dan sopan, komentar dengan link aktif akan kami hapus.