Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Suku-Suku Bangsa di Provinsi Jawa Timur

Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah suku Jawa, tetapi etnisitas di Jawa Timur lebih heterogen. Suku bangsa Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah daratan Jawa timur. Orang Jawa menyebutnya sebagai wong Jowo atau Tiang Jawi. Jumlah penduduknya serta wilayah penyebarannya paling luas di seluruh Indonesia. Daerah-daerah yang menjadi konsentrasi kebudayaan Jawa adalah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Yogyakarta dan Surakarta dianggap sebagai pusat kebudayaan jawa yang berfokus pada kebudayaan istana (keraton). Masyarakat di pesisir pantai utara dan timur lebih dikenal sebagai orang Jawa Pesisir.

Struktur Sosial Kemasyarakatan Suku Jawa di Jawa Timur

Desa-desa di Jawa dikepalai oleh lurah atau bekel, petinggi, dan dibantu oleh perabot desa yang terdiri atas kamitwo (wakil lurah), carik (juru tulis), kebayan (pesuruh desa), jagabaya (penjaga keamanan), ulu-ulu (pengawas perairan), dan seorang modin (pemimpin upacara keagamaan desa). Kehidupan mereka ditunjang oleh hasil dari tanah garapan yang ada dalam setiap dukuh (kampung). Masing-masing dukuh (kampung) dipimpin oleh seorang kepala dukuh. Di setiap dukuh terdapat lumbung padi, kandang ternak, dan perigi (sumur sebagai sumber air). Selanjutnya, pada setiap desa terdapat sebuah balai desa, sebuah masjid, beberapa buah langgar, sekolah, dan pasar yang ramainya hanya sekali dalam seminggu.

Suku-jawa-di-jawa-timur
Suku Jawa
Sebagian besar orang Jawa mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Sistem pertanian yang dilakukan ialah sawah irigasi dan tadah hujan untuk menanam padi. Di samping itu, ada pula yang bertani di kebun (tegalan). Selain petani, sebagian orang Jawa ada juga yang menjadi pegawai, tukang atau pedagang.

Masyarakat mengenal sistem kekerabatan berdasarkan prinsip bilateral. Kerabat-kerabat dari pihak ayah maupun pihak ibu dipanggil dengan istilah yang sama. Istilah siwa atau uwa untuk menyebut saudara laki-laki ayah atau ibu yang lebih tua. Keluarga inti disebut dengan somah atau kulawarga. Keluarga yang lebih luas lagi disebut sanak sedulur.

Masyarakat Jawa mengenal pelapisan sosial. Golongan bangsawan keturunan raja-raja disebut sebagai golongan bendoro atau bendoro raden. Setingkat dengan itu adalah golongan priyayi, yaitu kaum terpelajar yang biasanya memang berasal dari golongan bangsawan. Selanjutnya lapisan sosial paling bawah yaitu golongan yang disebut wong cilik, seperti golongan para petani di desa.

Suku Madura

Suku bangsa Madura mendiami Pulau Madura dan sebagian pantai Jawa bagian timur. Hampir seluruh kota di wilayah Jawa Timur terdapat warga minoritas dari suku Madura. Umumnya mereka bekerja di sektor informal.

Suku-Madura-di-jawa-timur
Suku Madura
Hubungan kekerabatan orang Madura umumnya bilateral. Akan tetapi, golongan priyayi atau bangsawan sebagian masih menggunakan prinsip patrilineal terutama dalam pewarisan gelar pusaka. Keluarga-keluarga inti yang masih satu keturunan biasanya tinggal mengelompok di suatu wilayah yang disebut koren, yaitu kampung yang tidak lebih dari sepuluh buah keluarga. Perkampungan yang terpencil letaknya dan hanya dihuni oleh 20 keluarga dari sekitar lima generasi dengan jumlah rumah paling banyak lima buah disebut pemengkang. Ada juga yang disebut Tanean Lanjeng, yaitu kampung yang dihuni sekitar empat generasi dan jumlah keluarganya bisa lebih dari 20 buah.

Setiap kampung dipimpin oleh seorang apel. Gabungan dari beberapa buah kampung menjadi desa dipimpin oleh kelebun (kepala desa). Ia dibantu oleh seorang carek (juru tulis).

Suku Tengger

Suku bangsa Tengger tinggal di tiga desa di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur, yaitu Desa Jetak, Wonoroto, dan Ngadasari. Masyarakat ini disebut orang Tengger karena daerah permukiman mereka terletak di pegunungan Tengger Daerah yang subur tersebut memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan pertanian sayur-mayur.

Suku-tengger-Jawa-Timur
Suku Tengger
Desa pada masyarakat Tengger dipimpin oleh seorang petinggi. Ia dibantu oleh tangan kanan yang disebut carik (juru tulis). Tokoh penting dalam kehidupan sosio-religius mereka adalah para dukun, yaitu pemimpin upacara dalam agama Hindu Dharma yang mereka anut, sekaligus sebagai pemimpin adat kelompok dukuh masing-masing. Seorang dukun dibantu seorang wong sepuh yang bertugas mengurus upacara adat kematian dan menyediakan segala macam sesaji, dan seorang legen yang bertugas mengurus upacara perkawinan dan perlengkapannya.

Seorang petinggi juga dibantu oleh sejumlah aparat, yaitu kampung polisi yang bertugas menjaga keamanan dan ketentraman desa. Kampung gawe bertugas sebagai penghubung/pesuruh desa. Kampung cacar bertugas di bidang kesehatan masyarakat. Kebayan latar bertugas di bidang kebersihan desa.

Suku Osing

Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi dan merupakan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan yang dihuni oleh suku Osing adalah Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Glagah, Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Giri, Kecamatan Kalipuro, dan Kecamatan Songgon.

Keberadaan suku Osing diawali pada akhir masa kekuasaan Majapahit sekitar tahun 1478 M. Setelah Majapahit runtuh, orang-orang Majapahit mengungsi ke beberapa tempat, yaitu lereng gunung Bromo (suku Tengger), Blambangan (suku Osing), dan Bali. Oleh karena itu, corak kehidupan suku Osing masih menyiratkan budaya Majapahit. Kerajaan Blambangan, yang didirikan oleh masyarakai Osing, adalah kerajaan terakhir yang bercorak Hindu Buddha.

Suku Osing juga mempunyai kedekatan dengan masyarakat Bali. Hal ini terlihat dari kesenian tradisional Gandrung yang mempunyai kemiripan dengan tari-tari tradisional Bali lainnya. Kemiripan tersebut terjadi juga pada busana tari dan instrumen musiknya. Kemiripan lain tercermin dari arsitektur bangunan antar suku Osing dan suku Bali yang mempunyai banyak persamaan pada hiasan di bagian atap bangunan.

Suku Osing tidak mengenal kasta, tetapi ada perbedaan stratifikasi, yaitu kaum drakula, kaum sudrakula, kaum hydrakula, dan kaum coliba. Kesenian suku Osing unik dan mengandung banyak unsur mistik. Kesenian utamanya antara lain gandrung, patrol, seblang, angklung, tari Barong, dan jedor.

Baca juga:
Mengenal Kebudayaan Daerah Jawa Timur
Pakaian Adat Jawa Timur Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Rumah Adat Jawa Timur Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Bahasa Daerah Jawa Timur Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat di Provinsi Jawa Timur Lengkap Penjelasannya

Posting Komentar untuk "Mengenal Suku-Suku Bangsa di Provinsi Jawa Timur"