Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Suku Batak Sumatera Utara dan Unsur-Unsur Kebudayaannya

Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penduduk asli provinsi ini adalah orang Batak. Penduduk lainnya yang tinggal di provinsi ini adalah orang Jawa, Aceh, Arab, Kepulauan Riau, Cina, India, dan Melayu. Pada kesempatan ini Seni Budayaku akan mengulas tentang suku bangsa asli yang mediami wilayah Sumatera Utara yaitu Suku Batak. Berikut ulasan tentang suku Batak dan unsur-unsur kebudayaannya.

Suku Batak Sumatera Utara

Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia yang terdapat di Pulau Sumatera. Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Di wilayah Sumatera Utara terdapat beragam suku bangsa dengan beragam tradisi dan budayanya yang juga beragam, dan Suku Batak merupakan suku bangsa mayoritas yang terdapat di Provinsi ini. Sebagaimana suku bangsa lainnya di Indonesia, suku Batak memiliki aneka tradisi dan kebudayaan yang khas. Pada kesempatan ini kita akan mempelajari kebudayaan suku Batak berdasarkan unsur-unsur kebudayaannya. Unsur-unsur kebudayaan suku Batak tersebut antara lain agama/ religi, mata pencaharian, teknologi dan peralatan, pengetahuan, kemasyarakatan, bahasa, kesenian, serta tradisi budayanya yang terdiri dari pakaian adat, rumah adat, upacara adat dan lain sebagainya.

Wilayah Persebaran Suku Batak

wilayah-persebaran-suku-batak
Sumber. Wikipedia org
Mayoritas suku Batak bertempat tinggal di daerah pegunungan Sumatra Utara. Suku bangsa Batak bertempat tinggal mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara sampai ke perbatasan Riau dan Sumatra Barat sebelah selatan. Suku bangsa Batak juga mendiami tanah datar di antara daerah pegunungan pantai timur Sumatera Utara dan pantai barat Sumatra Utara.

Jadi, suku bangsa Batak mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, Mandailing, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. 

Suku bangsa Batak memiliki banyak subsuku, seperti Karo, Simalungun, Pakpak, Angola, dan Mandailing. Batak Karo mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Serdang Hulu, dan Deli Hulu. Batak Simalungun mendiami daerah Dairi. Batak Pakpak mendiami daerah induk Dairi. Batak Toba mendiami daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah antara Barus Sibolga, dan daerah Pegunungan Pahae. Batak Angola mendiami daerah Angola dan Sipirok, sedangkan Batak Mandailing mendiami daerah Mandailing, Ulu, Pakatan, dan selatan Padang Lawas. 

Agama/Religi yang Dianut Masyarakat Batak

Dalam masyarakat Batak sudah berkembang bermacam-macam agama seperti Kristen Protestan, Katolik, Islam, Buddha, dan Hindu. Meskipun demikian, masyarakat Batak masih memercayai kepercayaan-kepercayaan adat, seperti tentang proses awal penciptaan dan pengertian tentang jiwa, roh, dan dunia akhirat.

Orang Batak memercayai bahwa alam beserta segala isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi na Bolon. Debata Mulajadi na Bolon memiliki nama yang berbeda-beda sesuai dengan tugas dan tempat kedudukannya. Sebagai Debata Mulajadi na Bolon, ia bertempat tinggal di Iangit yang merupakan pencipta alam. Sebagai penguasa dunia, ia bertempat tinggal di dunia ini dengan nama Silaon na Bolon atau Tuan Padukah ni Aji. Sebagai penguasa dunia makhluk halus, ia bernama Pane na Bolon atau Tuan Banua Koling. 

Hubungannya dengan jiwa dan roh, mereka memercayai adanya tondi, sahala, dan begu. Tondi adalah jiwa atau roh orang itu sendiri. Tondi merupakan sumber kekuatan bagi manusia. Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan mistis yang dimiliki seseorang, dan tidak semua orang memiliki sahala. Sahala yang dimiliki oleh seseorang dapat hilang atau berkurang. Hal ini menyebabkan kewibawaan orang tersebut menjadi hilang. Orang tersebut tidak lagi disegani dan dihormati dalam masyarakat. Tondi dan sahala pertama kali diperoleh seseorang sejak masih dalam kandungan ibunya. Tondi merupakan  daya kekuatan yang memberi hidup kepada bayi, sedangkan sahala merupakan kekuatan yang menentukan wujud dan jalan kehidupan selanjutnya.

Begu adalah tondinya orang meninggal. Perilaku begu sama dengan manusia pada umumnya tetapi secara terbalik. Artinya, apa yang dilakukan manusia pada siang hari maka akan dilakukan begu pada malam hari. Dalam masyarakat Batak Toba begu terpenting adalah sumangot ni ompu, sedangkan masyarakat Batak Karo mengenal beberapa begu sebagai berikut.
1) Batara guru/begu perkakun jabu adalah begu dari bayi yang meninggal waktu masih berada dalam kandungan ibu.
2) Bicara guru adalah begu anak yang meninggal waktu sebelum tumbuh gigi.
3) Begu mate sada wari adalah begu dari orang yang meninggal secara tidak wajar, seperti terbunuh, jatuh, dan kecelakaan.
4) Mate Kayat-kayatan adalah begu dari orang yang mati muda. 

Selain begu-begu di atas terdapat pula begu yang disegani dan dihormati oleh masyarakat Batak sebagai berikut.
1) Sombaon, yaitu sejenis begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau hutan rimba yang padat, gelap, dan mengerikan.
2) Solobean, yaitu begu yang dianggap sebagai penguasa dari tempat-tempat tertentu di Toba.
3) Silan, yaitu begu yang menempati pohon-pohon besar, batu-batu aneh, tetapi yang dianggap nenek moyangnya.
4) Begu ganjang, yaitu begu yang sangat ditakuti karena dapat dipelihara oleh orang untuk menyakiti atau membinasakan orang yang dibenci oleh tuannya.

Mata Pencaharian Masyarakat Batak

Mata pencaharian orang Batak adalah bercocok tanam di sawah dan ladang. Di sawah umumnya mereka menggunakan irigasi, sedangkan untuk berladang biasanya mereka membuka hutan dengan menebang dan membakar. Dalam bercocok tanam masyarakat Batak sudah mengenal pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Perempuan Batak bertugas pada saat menanam, menyiangi, dan memanen. Laki-laki Batak bertugas membersihkan semak belukar, menebang pohon, membakar hutan, menyiapkan saluran irigasi, membajak, dan menggaru. Alat-alat yang digunakan dalam bercocok tanam antara lain cangkul, bajak, tongkat tugal, sabit, dan ani-ani. 

Sistem Kemasyarakatan Masyarakat Batak

Dalam masyarakat Batak dikenal dua lapisan masyarakat. Lapisan paling tinggi terdiri atas para bangsawan, keturunan raja-raja, dan kepala-kepala

wilayah. Lapisan kedua terdiri atas orang-orang yang bekerja sebagai dukun, tukang yang memiliki keahlian, seperti pandai besi, pandai emas, dan tukang kayu. 

Kepemimpinan pada masyarakat Batak dibedakan menjadi tiga, yaitu kepemimpinan di bidang adat, bidang pemerintahan, dan bidang keagamaan. Kepemimpinan di bidang adat meliputi soal-soal perkawinan, kematian, warisan, penyelesaian perselisihan, dan kelahiran anak. Kepemimpinan di bidang pemerintahan bertugas menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Kepemimpinan di bidang agama biasanya dilakukan oleh seorang dukun yang disebut guru si baso. Tidak sembarang dukun dapat menjadi guru si baso. Hanya dukun yang pernah kesurupan, bisa berbicara dengan bahasa kerongkongan, dan dapat melihat roh nenek moyanglah yang dapat dijadikan sebagai guru si baso. 

Sistem Kekerabatan Suku Bangsa Batak

Kekerabatan yang dianut masyarakat Batak adalah patrilineal. Patrilineal merupakan kelompok kekerabatan yang dihitung dengan dasar satu ayah, satu kakek, atau nenek moyang. Jadi, keluarga dari ayahlah yang dianggap satu keluarga dalam suku Batak, sedangkan keluarga ibu bukan menjadi dari garis keturunan melainkan orang lain.

Bahasa Daerah Batak

Provinsi Sumatera Utara terdapat beragam bahasa daerah salah satunya adalah bahasa daerah Batak. Dalam kehidupan sehari-hari suku Batak menggunakan beberapa logat bahasa sebagai berikut.
1) Logat Karo, dipakai oleh orang Karo.
2) Logat Pakpak, dipakai oleh orang Pakpak.
3) Logat Simalungun, dipakai oleh orang Simalungun.
4) Logat Toba, dipakai oleh orang Toba, Mandailing, dan Angkola.

Kesenian Suku Batak

Masyarakat Batak terkenal memiliki beragam kesenian trasional. Kesenian batak tersebut meliputi seni tari, seni musik, seni kerajinan, beragam kesenian lainnya. Tarian terkenal dari Batak yaitu tari tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas beberapa jenis gerakan, seperti Pangurdot (gerakan kaki, tumit, hingga bahu), Pangeal (gerakan pinggang, tulang punggung, dan bahu), Pandenggal (gerakan lengan, telapak tangan hingga jari tengah), Siangkupna (gerakan leher), dan Hapunana (hanya gerakan wajah).

Kesenian lain yang dimiliki oleh orang Batak yaitu kesenian Musik. Orang Batak terkenal memiliki bakat musik dan kepandaian bernyanyi. Kesenian musik suku Batak adalah ogung sabangunan. menggunakan alat musik tradisional Batak Sumatera Utara yang terdiri dari empat gendang (gendang oloan, ihutan, doal, dan gendang jeret) dan lima taganing (sejenis gamelan Batak). Masyarakat Batak Sumatera Utara juga memiliki beragam lagu daerah. Setiap sub suku Batak mempunyai lagu daerah yang cukup beragam. Beberapa contoh nama lagu daerah Batak tersebut yaitu;

  • Lagu daerah Karo: kacang Koro, Er Kata Bedil, Biring-Biring.
  • Lagu daerah Toba: Anan na Burju.
  • Lagu daerah Mandailing: Salak Sidepuan, Onang-Onang.

Selain kesenian tari dan musik, masyarakat Batak juga terkenal memiliki kesenian lainnya, yaitu kerajinan rakyat berupa tenun, anyaman, gerabah, ukir, dan pahat. Kerajinan tenun Batak sangat beragam, dan hampir tiap sub suku Batak memiliki kerajinan tenun/ ulos. Ulos berperan penting dalam kehidupan masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal. Macam-macam dan fungsi ulos dalam suatu acara, yaitu:
1. ulos lobu-lobu, yaitu ulos yang diberikan oleh ayah kepada putra dan menantunya saat pernikahan;
2. ulos hela, yaitu ulos yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan;
3. ulos tondi, yaitu ulos yang diberikan oleh orang tua kepada putrinya saat hamil tua;
4. ulos tujung, yaitu ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
5. ulos saput, yaitu ulos sebagai penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika yang meninggal laki-laki;

Senjata Tradisional Suku Batak

Senjata tradisional suku bangsa Batak, khususnya Batak Toba adalah Tunggal Panaluan. Sebenarnya senjata ini berwujud tongkat berukir dan pangkalnya berwujud kepala manusia lengkap dengan rambutnya yang terbuat dari bulu kuda. Dahulu senjata ini hanya dimiliki oleh Raja Sisingamangaraja. Dengan kekuatan sihirnya tongkat ini dapat diterbangkan sesuai dengan keinginan pemiliknya. Namun sekarang, masyarakat telah membuat duplikatnya dan mengembangkannya menjadi cendera mata. Tunggal Panaluan dapat ditemukan di toko-toko suvenir di daerah Parapat pinggiran Danau Toba.

Pakaian Adat Suku Batak

pakaian-adat-suku-batak-toba
Pakaian Adat Batak Toba
Pakaian adat suku Batak Sumatera Utara tidak lepas dari Ulos yaitu tenun tradisional khas suku Batak. Ulos bagi masyarakat Batak merupakan pakaian sehari-hari sebelum mereka mengenal tekstil buatan luar. Ada beberapa jenis ulos yang dipakai oleh masyarakat Batak pada acara tertentu seperti ulos jugia, ragidup, sadum, runjat, dan ragihotang. Hampir setiap subsuku Batak menggunakan ulos dalam pakaian adatnya, seperti suku Batak Pakpak yang memakai ulos dominan berwarna hitam, suku Batak Simalungun menggunakan kain ulos motif gatip, dan suku Batak Toba yang menggunakan ulos mangiring di kepala.

Rumah Adat Suku Batak

rumah-adat-suku-batak-toba
Rumah adat Suku Batak Toba
Rumah adat suku Batak sangat beragam, hal ini dikarenakan suku Batak memiliki beragam sub suku , yang masing-masing sub suku batak tersebuat memiliki nama rumah adat sendiri-sendiri. Nama-nama rumah adat masing-masing subsuku Batak Sumatera Utara tersebut, yaitu rumah adat Siwaluh Jabu yaitu nama rumah adat suku Batak Karo. Rumah adat suku Batak Toba disebut rumah Bolon. Rumah adat batak Pakpak/ Dairi disebut Jerro, dan Rumah adat mandailing dan Angkola disebut Bagas Godang.

Upacara Adat Suku Batak

Upacara adat tradisional bagi orang Batak merupakan salah satu kegiatan yang disakralkan oleh masyarakatnya. Upacara tersebut berupa upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup manusia dan upacara adat lainnya. Beberapa Upacara adat Batak yang dilakukan oleh masyarakat hingga saat ini, diantaranya seperti upacara masa kehamilan, upacara kelahiran, upacara martutuaek, upacara mengebang, dan upacara kematian.

Posting Komentar untuk "Mengenal Suku Batak Sumatera Utara dan Unsur-Unsur Kebudayaannya"