Pengertian Filsafat (Secara Umum, Etimologi, Terminologi, dan Radix)
Pengertian Filsafat - Berpuluh batasan mengenai filsafat yang dapat ditemukan dalam berbagai buku tetapi dalam bahasan kali ini membicarakan batasan filsafat harus bersifat filsafati/mendalam/radix. Karena, filsafat memiliki artian yang multidimensi. Artinya, filsafat harus diartikan secara multidimensi-maupun secara mendalam. Berikut ini ulasan tentang pengertian filsafat baik secara umum, secara etimologi, terminologi, maupun pengertian filsafat secara radix.
Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mencari sebab-sebab secara mendalam bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar tentang tujuan hidup yang diinginkan atau dicita-citakan.
Filsafat juga merupakan studi mengenai seluruh fenomena dalam kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis serta dijabarkan dalam konsep dasar dan mendalam. Pendalaman filsafat dilakukan melalui pembahasan masalah secara persis menemukan solusi dan memberikan argumentasi berikut alasan yang tepat untuk solusi tersebut.
Beberapa hal tersebut menjadikan filsafat sebagai sebuah ilmu yang memiliki ciri eksak pada sisi-sisi tertentu disamping bernuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, rasa penasaran, keraguan, dan ketertarikan.
Dari pembahasan mengenai definisi filsafat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kajian filsafat berhubungan dengan usaha untuk menemukan suatu kebenaran mengenai hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan akal kemampuan secara optimal. Pemikiran filsafat menghasilkan kebenaran berupa jawaban dalam bentuk ide atau gagasan.
Tujuan filsafat adalah untuk memperoleh kebenaran yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam sistem yang konseptual. Filsafat juga menghasilkan kebenaran yang bersifat abstrak, spekulatif tetapi tidak mampu mengetahui cara mengadakannya.
Berbicara mengenai pengertian filsafat, tidak hanya dapat diartikan secara umum, tetapi pengertian filsafat juga dapat diartikan sebagai artian sempit (etimologi), artian secara luas (terminologi), dan artian secara radix (filsafati). Secara multidimensi filsafat dapat diartikan: filsafat sebagai ilmu, filsafat sebagai cara berpikir dan filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat sebagai ilmu, disamping memiliki ciri-ciri keilmuan, seperti sistem, memiliki kebenaran, bermetode, juga bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan umat. Juga, memiliki objek materia maupun objek forma. Filsafat juga dianggap sebagai, meta ilmu, karena sasaran penyelidikannya tidak sebatas pada jangkauan ilmu-ilmu yang ada (sosiologi, antropologi, dll), tetapi melebihinya yaitu hingga hakikat atau sesuatu yang terdalam. Pengetahuan tentang hakikat ini hanya dapat diperoleh melalui kerja akal atau perenungan. Sehingga setiap ilmu memiliki meta ilmunya, seperti ilmu agama memiliki filsafat agama, ilmu sosial memiliki sosial, dan sebagainya.
Filsafat sebagai cara berpikir menunjukkan bahwa filsafat dapat mempunyai artian apabila dikaitkan suatu budaya, seperti : filsafat Barat, filsafat Tiongkok, filsafat Islam, filsafat Jawa, dll. Kesemuanya itu dapat diartikan sebagai cara berpikir menurut tradisi Barat, cara berpikir menurut tradisi Tiongkok, cara berpikir menurut tradisi Islam, dan cara berpikir menurut tradisi Jawa, dan sebagainya. Jadi, setiap suku bangsa memiliki tradisi berpikirnya sendiri-sendiri sesuai dengan kebiasaan budaya setempat. Misalnya, orang barat memiliki tradisi berpikir rasionalis (menekankan rasio/akal). Orang Islam memiliki tradisi berpikir religius. Orang Jawa memiliki tradisi emotif (menekankan perasaan). Cara berpikir sendiri memiliki banyak ragamnya, seperti: berpikir induktif atau dedukatif, berpikir kreatif, berpikir analisis, berpikir sintesis, berpikir adiakali, dan sebagainya.
Filsafat sebagai pandangan hidup (way of life) menunjukkan bahwa setiap etnis/suku bangsa tentunya memiliki pandangan hidupnya masing-masing dan berbeda-beda yang sifatnya reflektif. Orang Jawa pandangan hidupnya berbeda dengan pandangan hidup orang Sunda atau Madura atau orang Dayak, dll. Demikian juga, sama-sama orang Jawa, antara orang Jawa Tengah dengan orang Jawa Timur memiliki perbedaan pandangan hidupnya. Pandangan hidup suatu etnis/suku bangsa (biasanya) ditulis dan dikembangkan oleh para pujangga/filsuf-nya. Misalnya, orang Barat memiliki pandangan hidup liberalisme. Orang-orang Cina/ Tiongkok memiliki pandangan hidup Kongfusionisme. Orang-orang Jawa memiliki pandangan hidup Javanisme (seperti alon-alon waton kelakon, dsb).
Berbicara mengenai filsafat tentu tidak terlepas dari kegiatan berpikir, dan berpikir itu sendiri sebagai bagian primer dari kegiatan berfilsafat. Artinya, kualitas kegiatan berpikir akan menentukan hasil dari kegiatan filsafatnya.
Salah satu kritik dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional kita adalah masih lemahnya output pendidikan, khususnya dalam hal kemampuan berpikir logis. Dari berbagai pengalaman kehidupan sehari-hari khususnya di dunia usaha (industri) banyak sarjana S-1 yang mereka rekrut masih memiliki kekurangan dalam mengidentifikasi, merumuskan, mencari alternatif, mencari solusi khususnya untuk diri sendiri. Salah satu hal penyebab yang mendasar adalah desain kurikulum yang ada belum mengalokasikan secara proporsional tentang pengembangan kemampuan berpikir. Padahal, kemampuan berpikir yang logis, runtut, dan sistematis merupakan salah satu tuntutan pokok dalam menghadapi era global/abad 21. Misalnya, bagaimana si anak mulai mengalami proses kemampuan berpikirnya (mulanya tidak dapat membedakan antara sandal yang kiri maupun kanan), hingga saat setelah dewasa seseorang berinteraksi dengan sesama/lingkungannya.
Di era global saat ini, agar seseorang memiliki kemampuan diri memadai, maka tidak hanya mengembangkan kemampuan IQ (kecerdasan intelektual) saja, tetapi perlu diupayakan mengembangkan kemampuan berbagai kecerdasan sepenti: EQ (kecerdasan emosi), SQ (kecerdasan spiritual), CQ (kecerdasan kreatif), AQ (kecerdasan sikap). Karena, semua kemampuan kecerdasan dalam diri manusia harus dikembangkan, sejalan dengan tantangan dan rintangan yang dihadapi di era global semakin kompleks. Sayangnya, sistem pendidikan kita selama ini hanya menekankan pada kemampuan kecerdasan intelektual (IQ).
Pertingnya berpikir kreatif, kritis, positif. Berpikir kreatif (creative thinking) adalah suatu kegiatan membentuk, membangun, menciptakan model-model tertentu dari suatu rangsangan/ stimulus, dengan maksud agar lebih kaya, lebih bervariasi, dan hal yang baru. Biasanya, anak yang berkategori kreatif memiliki inisiatif untuk selalu memperbaiki sesuatu agar menjadi lebih baik.
Ciri orang yang memiliki pikiran kreatif adalah:
Sedangkan berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan atau kegiatan berpikir yang lebih ferfokus pada upaya menganalisis, menjelaskan, mengembangkan, menyeleksi ide/gagasan, gejala, fakta ke arah yang lebih spesifiknya dan detail. Anak yang kritis, termasuk kategori kritis memiliki kemampuan menganalisis, membedakan secara tajam terhadap gejala/fakta, cermat dalam hal memilih, mengidentifikasi, mengkaji, mengembangkan dari setiap stimulus yang diterima.
Ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:
Beda antara berpikir kreatif dan berpikir kritis. Berpikir kreatif adalah menunjuk pada keluasan pandangan. Berpikir kritis adalah menunjuk pada ke detail. Kemampuan berpikir adalah bentuk kemampuan berpikir seorang yang lebih diarahkan untuk memecahkan berbagai macam masalah. Berpikir sintetis adalah berpikir yang menggabungkan kedua pola atau lebih untuk mencari sintetisnya.
Untuk mencapai pola berpikir kreatif, kritis ataupun sintetis diperlukan berpikir positif yaitu berpikir yang menekankan pada aspek positifnya, walaupun terdapat aspek negatifnya akan tetapi aspek positifnyalah yang dijadikan prioritas.
Berpikir Positif dapat dilakukan dengan cara:
1. Hentikan cara berpikir menuju kegagalan, yaitu:
2. Bila anda memiliki pikiran yang jujur, penuh kasih sayang, bersedia melayani masyarakat dengan target keberhasilan.
3. Pikiran positif perlu latihan dan belajar dengan daya tahan lama. Cara berpikir positif yaitu sanggup merubah diri dari pengecut menjadi pahlawan, pribadi yang lemah menjadi pribadi yang bersemangat, pribadi yang berpikiran negatif dan putus asa menjadi manusia yang mempunyai kekuatan positif.
Disamping berpikir kreatif berpikir kritis, berpikir sintetis, berpikir positif berpikir masa depan/future thinking, ada juga berpikir untuk mencari makna/nilai yaitu berpikir filsafati, artinya suatu kemampuan berpikir manusia agar lebih mendalam, lebih dewasa, dan kompromistik.
Kebalikan berpikir positif adalah berpikir negatif. Berpikir negatif ini apabila dibiarkan atau tidak dikendalikan akan menjadi pikiran destruktif (merusak).
Catatan dari Charles Robert Darwin (1809-1892), apabila anda ingin sukses: beriman, berdoa, berpikir, dan bekerja. “Hidup pada hakikatnya adalah kompetitif, yang menang dalam kompetisi itulah yang bakal survise dalam hidup.
Demikian ulasan tentang "Pengertian Filsafat (Secara Umum, Etimologi, Terminologi, dan Radix)" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel Ilmu budaya menarik lainnya hanya di situs SeniBudayaku.com.
Pengertian Filsafat Secara Umum
Secara umum, pengertian filsafat adalah sebagai suatu filosofi (kebijaksanaan hidup) untuk memberikan suatu pandangan hidup secara menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup manusia maupun pengalaman ilmiah seseorang.Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mencari sebab-sebab secara mendalam bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar tentang tujuan hidup yang diinginkan atau dicita-citakan.
Filsafat juga merupakan studi mengenai seluruh fenomena dalam kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis serta dijabarkan dalam konsep dasar dan mendalam. Pendalaman filsafat dilakukan melalui pembahasan masalah secara persis menemukan solusi dan memberikan argumentasi berikut alasan yang tepat untuk solusi tersebut.
Beberapa hal tersebut menjadikan filsafat sebagai sebuah ilmu yang memiliki ciri eksak pada sisi-sisi tertentu disamping bernuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, rasa penasaran, keraguan, dan ketertarikan.
Dari pembahasan mengenai definisi filsafat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kajian filsafat berhubungan dengan usaha untuk menemukan suatu kebenaran mengenai hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan akal kemampuan secara optimal. Pemikiran filsafat menghasilkan kebenaran berupa jawaban dalam bentuk ide atau gagasan.
Tujuan filsafat adalah untuk memperoleh kebenaran yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam sistem yang konseptual. Filsafat juga menghasilkan kebenaran yang bersifat abstrak, spekulatif tetapi tidak mampu mengetahui cara mengadakannya.
Berbicara mengenai pengertian filsafat, tidak hanya dapat diartikan secara umum, tetapi pengertian filsafat juga dapat diartikan sebagai artian sempit (etimologi), artian secara luas (terminologi), dan artian secara radix (filsafati). Secara multidimensi filsafat dapat diartikan: filsafat sebagai ilmu, filsafat sebagai cara berpikir dan filsafat sebagai pandangan hidup.
Pengertian Filsafat secara Etimologi (Sempit)
Secara etimologi filsafat berasal dari kata "filo" dan "sophia" yang artinya “cinta kebijaksanaan". Tentang kata “cinta kebijaksanaan” ini antara pengertian tradisi pemikiran Barat dan tradisi pemikiran Timur berbeda. Bedanya pengertian di barat menunjukkan bahwa "cinta kebijaksanaan" tidak menuntut subjek yang mengatakan dan hanya menekankan pada penguasaan keilmuan saja. Sedangkan, menurut tradisi pemikiran Timur menunjukkan bahwa "cinta kebijaksanaan" menuntut subjek yang mengatakan sekaligus menguasai secara keilmuan. Sehingga, seseorang yang memiliki suatu ilmu dituntut untuk menguasai sekaligus mengamalkan. Artinya, seseorang memiliki suatu ilmu dituntut bertanggung jawab (secara moral) atas kepemilikan ilmunya. Misalnya, seorang pengajar, disamping harus menguasai ilmu yang diajarkan juga sekaligus mengamalkan ilmunya.Pengertian Filsafat secara Terminologi (luas)
Secara terminologi, misalnya pendapat. Cicero filsuf Romawi mengatakan bahwa filsafat sebagai "ibu dari semua seni" (the mother of all the arts), dan ia mendefinisikan filsafat sebagai art vitae atau seni kehidupan. Dalam Abad Pertengahan, filsafat dianggapnya sebagai pelayan teologi. Artinya, filsafat sebagai sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai melalui akal manusia. Hingga pengertian filsafat yang disampaikan pada zaman modern seperti Ernest Nagel yang mengatakan filsafat adalah suatu komentar kritis mengenai eksistensi dan tuntutan-tuntutan bahwa kita memiliki pengetahuan mengenai hal itu, dan filsafat dianggap membantu apa yang kabur dalam pengalaman dan objeknya.Pengertian Filsafat secara Radix (Mendalam)
Secara mendalam atau radix, filsafat diartikan sebagai ilmu yang memiliki artian multidimensional. Yaitu, filsafat sebagai ilmu, filsafat sebagai cara berpikir, dan filsafat sebagai pandangan hidup.Filsafat sebagai ilmu, disamping memiliki ciri-ciri keilmuan, seperti sistem, memiliki kebenaran, bermetode, juga bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan umat. Juga, memiliki objek materia maupun objek forma. Filsafat juga dianggap sebagai, meta ilmu, karena sasaran penyelidikannya tidak sebatas pada jangkauan ilmu-ilmu yang ada (sosiologi, antropologi, dll), tetapi melebihinya yaitu hingga hakikat atau sesuatu yang terdalam. Pengetahuan tentang hakikat ini hanya dapat diperoleh melalui kerja akal atau perenungan. Sehingga setiap ilmu memiliki meta ilmunya, seperti ilmu agama memiliki filsafat agama, ilmu sosial memiliki sosial, dan sebagainya.
Filsafat sebagai cara berpikir menunjukkan bahwa filsafat dapat mempunyai artian apabila dikaitkan suatu budaya, seperti : filsafat Barat, filsafat Tiongkok, filsafat Islam, filsafat Jawa, dll. Kesemuanya itu dapat diartikan sebagai cara berpikir menurut tradisi Barat, cara berpikir menurut tradisi Tiongkok, cara berpikir menurut tradisi Islam, dan cara berpikir menurut tradisi Jawa, dan sebagainya. Jadi, setiap suku bangsa memiliki tradisi berpikirnya sendiri-sendiri sesuai dengan kebiasaan budaya setempat. Misalnya, orang barat memiliki tradisi berpikir rasionalis (menekankan rasio/akal). Orang Islam memiliki tradisi berpikir religius. Orang Jawa memiliki tradisi emotif (menekankan perasaan). Cara berpikir sendiri memiliki banyak ragamnya, seperti: berpikir induktif atau dedukatif, berpikir kreatif, berpikir analisis, berpikir sintesis, berpikir adiakali, dan sebagainya.
Filsafat sebagai pandangan hidup (way of life) menunjukkan bahwa setiap etnis/suku bangsa tentunya memiliki pandangan hidupnya masing-masing dan berbeda-beda yang sifatnya reflektif. Orang Jawa pandangan hidupnya berbeda dengan pandangan hidup orang Sunda atau Madura atau orang Dayak, dll. Demikian juga, sama-sama orang Jawa, antara orang Jawa Tengah dengan orang Jawa Timur memiliki perbedaan pandangan hidupnya. Pandangan hidup suatu etnis/suku bangsa (biasanya) ditulis dan dikembangkan oleh para pujangga/filsuf-nya. Misalnya, orang Barat memiliki pandangan hidup liberalisme. Orang-orang Cina/ Tiongkok memiliki pandangan hidup Kongfusionisme. Orang-orang Jawa memiliki pandangan hidup Javanisme (seperti alon-alon waton kelakon, dsb).
Berbicara mengenai filsafat tentu tidak terlepas dari kegiatan berpikir, dan berpikir itu sendiri sebagai bagian primer dari kegiatan berfilsafat. Artinya, kualitas kegiatan berpikir akan menentukan hasil dari kegiatan filsafatnya.
Salah satu kritik dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional kita adalah masih lemahnya output pendidikan, khususnya dalam hal kemampuan berpikir logis. Dari berbagai pengalaman kehidupan sehari-hari khususnya di dunia usaha (industri) banyak sarjana S-1 yang mereka rekrut masih memiliki kekurangan dalam mengidentifikasi, merumuskan, mencari alternatif, mencari solusi khususnya untuk diri sendiri. Salah satu hal penyebab yang mendasar adalah desain kurikulum yang ada belum mengalokasikan secara proporsional tentang pengembangan kemampuan berpikir. Padahal, kemampuan berpikir yang logis, runtut, dan sistematis merupakan salah satu tuntutan pokok dalam menghadapi era global/abad 21. Misalnya, bagaimana si anak mulai mengalami proses kemampuan berpikirnya (mulanya tidak dapat membedakan antara sandal yang kiri maupun kanan), hingga saat setelah dewasa seseorang berinteraksi dengan sesama/lingkungannya.
Di era global saat ini, agar seseorang memiliki kemampuan diri memadai, maka tidak hanya mengembangkan kemampuan IQ (kecerdasan intelektual) saja, tetapi perlu diupayakan mengembangkan kemampuan berbagai kecerdasan sepenti: EQ (kecerdasan emosi), SQ (kecerdasan spiritual), CQ (kecerdasan kreatif), AQ (kecerdasan sikap). Karena, semua kemampuan kecerdasan dalam diri manusia harus dikembangkan, sejalan dengan tantangan dan rintangan yang dihadapi di era global semakin kompleks. Sayangnya, sistem pendidikan kita selama ini hanya menekankan pada kemampuan kecerdasan intelektual (IQ).
Pertingnya berpikir kreatif, kritis, positif. Berpikir kreatif (creative thinking) adalah suatu kegiatan membentuk, membangun, menciptakan model-model tertentu dari suatu rangsangan/ stimulus, dengan maksud agar lebih kaya, lebih bervariasi, dan hal yang baru. Biasanya, anak yang berkategori kreatif memiliki inisiatif untuk selalu memperbaiki sesuatu agar menjadi lebih baik.
Ciri orang yang memiliki pikiran kreatif adalah:
- Sangat lancar dalam menjabarkan atau mengurai ide umum ke dalam ide-ide yang lebih spesifik, serta fleksibel dalam mengkaji ide dari berbagai sisi. Daya imajinasinya sangat kuat dan pandai membuat konsep.
- Terampil dalam memperkaya ide, sehingga menjadi lebih menarik dan jelas, serta ide-ide yang ditawarkan umumnya orisinil.
- Pola berpikirnya runtut, logis, dan dalam menyelesaikan masalah menyukai cara-cara brainstorming, suka berdiskusi hingga ke hal detail.
- Berani dan suka mengambil resiko dari apa yang dilakukan.
- Pribadinya pada umumnya terbuka/ekstrovert.
Sedangkan berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan atau kegiatan berpikir yang lebih ferfokus pada upaya menganalisis, menjelaskan, mengembangkan, menyeleksi ide/gagasan, gejala, fakta ke arah yang lebih spesifiknya dan detail. Anak yang kritis, termasuk kategori kritis memiliki kemampuan menganalisis, membedakan secara tajam terhadap gejala/fakta, cermat dalam hal memilih, mengidentifikasi, mengkaji, mengembangkan dari setiap stimulus yang diterima.
Ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:
- Suka dan paham pada hal-hal yang spesiflk/detail.
- Mampu membedakan antara ide yang relevan dengan ide yang tidak relevan, serta membedakan antara fakta dan fiksi.
- Memiliki argumentasi yang kuat dalam mengemukakan permasalahan.
- Lebih menyukai fakta dari pada ide dan suka melakukan kritik membangun.
- Memiliki kemampuan predikasi yang bagus, setiap masalah selaIu dihubungkan dengan sebab akibat, serta pandai menyimpulkan suatu gejala/fakta.
- Mampu menganalisis isi, unsur, kecenderungan, pola, hubungan, prinsip, promosi, dan bias.
Beda antara berpikir kreatif dan berpikir kritis. Berpikir kreatif adalah menunjuk pada keluasan pandangan. Berpikir kritis adalah menunjuk pada ke detail. Kemampuan berpikir adalah bentuk kemampuan berpikir seorang yang lebih diarahkan untuk memecahkan berbagai macam masalah. Berpikir sintetis adalah berpikir yang menggabungkan kedua pola atau lebih untuk mencari sintetisnya.
Untuk mencapai pola berpikir kreatif, kritis ataupun sintetis diperlukan berpikir positif yaitu berpikir yang menekankan pada aspek positifnya, walaupun terdapat aspek negatifnya akan tetapi aspek positifnyalah yang dijadikan prioritas.
Berpikir Positif dapat dilakukan dengan cara:
1. Hentikan cara berpikir menuju kegagalan, yaitu:
- mulailah berpikir ke arah sukses,
- berpikirlah, bekerjalah, dan berdoalah.
- tentukan rencana dengan jelas,
- jangan mau putus asa dan mulailah dengan hidup penuh sukses dan menjadi individu yang kreatif-dinamis.
2. Bila anda memiliki pikiran yang jujur, penuh kasih sayang, bersedia melayani masyarakat dengan target keberhasilan.
3. Pikiran positif perlu latihan dan belajar dengan daya tahan lama. Cara berpikir positif yaitu sanggup merubah diri dari pengecut menjadi pahlawan, pribadi yang lemah menjadi pribadi yang bersemangat, pribadi yang berpikiran negatif dan putus asa menjadi manusia yang mempunyai kekuatan positif.
Disamping berpikir kreatif berpikir kritis, berpikir sintetis, berpikir positif berpikir masa depan/future thinking, ada juga berpikir untuk mencari makna/nilai yaitu berpikir filsafati, artinya suatu kemampuan berpikir manusia agar lebih mendalam, lebih dewasa, dan kompromistik.
Kebalikan berpikir positif adalah berpikir negatif. Berpikir negatif ini apabila dibiarkan atau tidak dikendalikan akan menjadi pikiran destruktif (merusak).
Catatan dari Charles Robert Darwin (1809-1892), apabila anda ingin sukses: beriman, berdoa, berpikir, dan bekerja. “Hidup pada hakikatnya adalah kompetitif, yang menang dalam kompetisi itulah yang bakal survise dalam hidup.
Demikian ulasan tentang "Pengertian Filsafat (Secara Umum, Etimologi, Terminologi, dan Radix)" yang dapat kami sampaikan. Baca juga artikel Ilmu budaya menarik lainnya hanya di situs SeniBudayaku.com.
Posting Komentar untuk "Pengertian Filsafat (Secara Umum, Etimologi, Terminologi, dan Radix)"
Silahkan berkomentar yang baik dan sopan, komentar dengan link aktif akan kami hapus.