13 Upacara Adat Jawa Tengah yang Masih Dilestarikan: Makna, Jenis, dan Penjelasannya
Upacara adat di Jawa Tengah merupakan bagian penting dari budaya masyarakat Jawa yang sarat akan nilai-nilai spiritual, sosial, dan filosofis. Tradisi ini tidak sekadar simbol budaya, melainkan bentuk nyata penghormatan kepada leluhur, doa syukur kepada Tuhan, serta refleksi dari cara hidup masyarakat Jawa yang menjunjung keseimbangan antara dunia fisik dan spiritual.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap apa saja upacara adat yang ada di Jawa Tengah, sejarah,makna, dan contohnya, termasuk upacara tedhak siten, wetonan, hingga tradisi pernikahan adat Jawa Tengah.
Apa Itu Upacara Adat di Jawa Tengah?
Upacara adat Jawa Tengah adalah serangkaian kegiatan atau ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai bentuk pelestarian nilai-nilai budaya dan tradisi warisan leluhur. Upacara ini biasanya berkaitan dengan fase kehidupan manusia-dari lahir hingga kematian-serta peristiwa sosial dan keagamaan tertentu.
Masyarakat Provinsi Jawa Tengah mengenal upacara tradisional atau adat yang dinamakan selamatan (selametan). Upacara ini berhubungan erat dengan keprecayaan yang berkembang di masyarakat. Ada berbagai bentuk upacara selamatan ini. Jenisnya tergantung pada tujuan upacara tersebut dilakukan. Secara umum upacara selamatan dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan hidup dan terhindar dari berbagai gangguan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Dalam tradisi ini disajikan nasi tumpeng dengan berbagai lauk pauknya. Sebelum dibagikan, makanan ini dibacakan doa-doa.
Ciri Khas Upacara Adat di Jawa Tengah
- Menggunakan bahasa Jawa krama atau halus
- Mengandung simbol-simbol spiritual, seperti bunga, dupa, air suci, dan sesaji
- Dibarengi dengan seni tradisional seperti gamelan, wayang, dan tari-tarian
- Dipimpin oleh tokoh adat atau sesepuh desa
- Melibatkan doa, prosesi, dan makan bersama (kenduri)
Upacara tradisional Provinsi Jawa Tengah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu upacara yang berhubungan dengan daur hidup serta upacara yang berhubungan dengan aktifitas hidup masyarakat dan lingkungannya. Jenis upacara yang berhubungan dengan daur hidup masyarakat Jawa Tengah sebagai berikut.
- Masa kehamilan, terdiri atas beberapa upacara selamatan, seperti; ngebor-ngebori, dan mitoni atau tingkeban.
- Masa kelahiran, terdiri atas beberapa tahap upacara, antara lain brokohan, puputan, sepasaran, dan selapanan.
- Masa kanak-kanak, terdiri atas upacara tedhak siten dan sapihan.
- Masa remaja, upacara ini merupakan proses memasuki masa kedewasaan yang ditandai dengan khitanan dan tetesan.
- Masa perkawinan, upacara pada masa ini merupakan simbol peralihan status seseorang dari masa lajang ke masa berumah tangga. Upacara perkawinan terdiri atas beberapa tahap, antara lain nakoke, nontoni, peningsetan, seserahan, midodareni, ijab kabul, temon, dan ngunduh mantu.
- Masa kematian, berbagai upacara selamtan dilakukan sejak awal sampai keseribu harinya. Tahapan upacara masa kematian meliputi brobosan, surtanah, nelung dina, pitung dina, matang puluh dina, nyatus dina, mendhak pisan, mendhak pindho, nyewu dina, dan kol.
Jenis-Jenis Upacara Adat di Jawa Tengah
Berikut ini penjelasan beberapa nama upacara adat yang terkenal di Jawa Tengah, lengkap dengan maknanya:
1. Tedhak Siten
Salah satu upacara adat paling populer di Jawa Tengah yang dilakukan ketika seorang anak mencapai usia 7 atau 8 bulan. Tedhak siten merupakan tradisi pertama kalinya seorang bayi menginjakkan kaki di tanah. Prosesi ini melambangkan kesiapan anak untuk memulai kehidupannya di dunia luar.
Maknanya: Doa agar anak tumbuh kuat, sukses, dan memiliki kehidupan yang baik.
2. Wetonan
Upacara ini dilakukan untuk memperingati hari lahir seseorang berdasarkan penaggalan Jawa (weton). Biasanya dilakukan setiap 35 hari sekali (selapanan).
Tujuan: Sebagai bentuk syukur dan perlindungan dari marabahaya.
3. Midodareni
Bagian dari rangkaian pernikahan adat Jawa, dilakukan satu malam sebelum akad nikah. Midodareni dipercaya sebagai malam turunnya para bidadari untuk memberi restu kepada calon pengantin perempuan.
Ciri khasnya: Calon mempelai wanita tidak boleh keluar rumah, hanya boleh berdiam diri dan mempersiapkan diri secara batin.
4. Siraman
Prosesi mandi suci sebelum akad nikah yang dilakukan oleh kedua mempelai. Dalam budaya Jawa Tengah, air siraman diambil dari 7 sumber mata air dan diperciki bunga tujuh rupa.
Maknanya: Membersihkan diri secara spiritual dan simbol kesiapan untuk memasuki kehidupan baru.
5. Ijab dan Panggih
Upacara ijab adalah proses akad nikah secara hukum dan agama, sedangkan panggih merupakan pertemuan resmi antara pengantin pria dan wanita di pelaminan yang disertai berbagai simbol adat seperti balangan suruh (melempar daun sirih) dan kacar-kucur (pemberian nafkah).
6. Ngapati dan Mitoni (Tingkeban)
Upacara ini dilangsungkan saat seorang ibu hamil memasuki usia kehamilan 4 bulan (ngapati) dan 7 bulan (mitoni).
Tujuannya: Mendoakan keselamatan ibu dan janin, serta memohon kelancaran persalinan.
7. Ruwatan
Merupakan upacara adat untuk "membersihkan" seseorang dari sial atau nasib buruk, biasanya dilakukan pada anak-anak yang dianggap memiliki "sengkala".
Dilakukan dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, doa bersama, dan sesaji khusus.
8. Slametan
Tradisi tasyakuran yang dilakukan dalam berbagai momen penting seperti kelahiran, khitanan, panen, hingga kematian. Slametan dilakukan dengan doa bersama dan makan tumpeng secara gotong-royong.
9. Nyewu (1000 Hari) - Upacara Adat Kematian di Jawa Tengah
Diadakan untuk memperingati 1000 hari wafatnya seseorang, bagian dari rangkaian upacara setelah kematian seperti selamatan 3, 7, 40, 100 hari, dan seterusnya.
Tujuan: Mendoakan agar arwah mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan.
10. Grebeg Maulud - Upacara Adat yang Dilakukan Secara Kolektif/Komunal
Salah satu upacara adat terbesar di Jawa Tengah, khususnya di Keraton Surakarta dan Yogyakarta, untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Ciri khasnya: Arak-arakan gunungan berisi hasil bumi yang nantinya diperebutkan oleh warga karena dipercaya membawa berkah.
11. Sekaten - Upacara Adat yang Dilakukan Secara Kolektif/Komunal
Merupakan festival budaya dan keagamaan yang diadakan bersamaan dengan Grebeg Maulud. Sekaten diisi dengan pasar malam, pementasan seni tradisional, dan pembunyian gamelan Sekaten.
12. Sedekah Bumi - Upacara Adat yang Dilakukan Secara Kolektif/Komunal
Dilakukan oleh petani sebagai bentuk syukur atas hasil panen. Biasanya disertai arak-arakan, pembacaan doa, dan pembagian makanan kepada warga.
13. Labuhan - Upacara Adat yang Dilakukan Secara Kolektif/Komunal
Tradisi melarung sesaji ke laut atau sungai sebagai wujud syukur dan harapan keselamatan. Dilakukan di pesisir selatan Jawa Tengah, seperti di Cilacap dan Kebumen.
No | Nama Upacara Adat | Nama Daerah |
1 | Jamasan Pusaka Mangkunegoro I | Kab. Wonogiri |
2 | Padusan Surodilogo (Desa Bedakah) | Kab. Wonosobo |
3 | Sedekah gunung Merapi | Kec. Selo, Kab. Boyolali |
4 | Kirab Pusaka Keraton Surakarta dan Grebeg Maulud | Kota Solo |
5 | Dandangan, Buka Luwur Sunan Kudus dan Sunan Muria | Kab. Kudus |
6 | Upacara Adat Mondosiyo | Kab. Karanganyar |
7 | Upacara Adat Meron dan Khol Syekh Jangkung Landoh Kayen | Kab. Pati |
8 | Upacara Lopisan | Kota Pekalongan |
9 | Upacara Ruwatan, Dugderan, dan Mandi Sendang Tujuh | Kota Semarang |
10 | Upacara pengambilan Api Abadi Mrapen | Kab. Grobogan |
11 | Sedekah Laut | Kab. Cilacap |
12 | Lomban dan Kol (Mantingan) | Kab. Jepara |
13 | Yaqowiyu (Desa. Jatinom), Syawalan Rawa Jombor | Kab. Klaten |
14 | Boyong Songsong Tumenggung Dipoyudo | Kab. Banjarnegara |
15 | Temanten Traji (Desa Traji) dan Kirab Songsong Joyonegoro | Kab. Temanggung |
16 | Penggantian Kelambu Pangeran Samodro (Gn. Kemukus) | Kab. Sragen |
17 | Pulung Langse (Desa. Mertan, Bendosari) | Kab. Sukoharjo |
18 | Ruwat Bumi (Objek Wisata Guci) | Kab. Tegal |
19 | Prosesi Nelayan (Pantai Klidang) | Kab. Batang |
20 | Syawalan Kaliwungu | Kab. Kendal |
21 | Syawalan Goa Jatijajar | Kab. Kebumen |
22 | Jamasan Pusaka Kyai Puguh | Kab. Purworejo |
23 | Jamasan Pusaka Syekh Pandan Jati | Kab. Pemalang |
24 | Jamasan Pusaka Bende Rencak peninggalan Sunan Bonang | Kab. Demak |
Fungsi dan Makna Upacara Adat Jawa Tengah
- Sosial: Membangun kebersamaan dan solidaritas antarwarga
- Religius: Wujud rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan
- Spiritual: Menjaga keseimbangan batin, jiwa, dan alam
- Kultural: Pelestarian nilai-nilai warisan leluhur
- Edukasi: Media pengajaran adat dan filosofi hidup kepada generasi muda
Upacara adat di Jawa Tengah adalah warisan budaya yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga dalam makna dan filosofi yang dikandungnya. Setiap prosesnya bukan sekadar ritual, melainkan bertumpu pada nilai-nilai luhur yang membentuk karakter masyarakat Jawa: lembut, penuh hormat, religius, dan menjunjung tinggi keseimbangan hidup.
Menjaga dan memperkenalkan upacara adat ini kepada generasi selanjutnya bukan hanya bentuk cinta budaya, tapi juga investasi untuk identitas bangsa di masa depan.
Upacara Adat Yogyakarta Lengkap Penjelasannya
Macam-Macam Kesenian Tradisional Rakyat Jawa Tengah
Mengenal Kebudayaan Daerah Jawa Tengah dari A sampai Z