Tembang Megatruh: Makna, Watak, dan Contohnya
Tembang Megatruh adalah salah satu dari sebelas jenis tembang macapat dalam tradisi sastra dan budaya Jawa. Keberadaannya bukan sekadar bentuk puisi tradisional yang dilagukan, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofi kehidupan, terutama yang berkaitan dengan akhir perjalanan manusia.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang makna tembang Megatruh, wataknya, struktur guru lagu-nya, serta menyajikan contoh tembang Megatruh secara lengkap.
Makna Tembang Megatruh
Tembang Megatruh memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan:
- Kematian dan perpisahan ruh dengan tubuh
- Rasa duka, pasrah, dan penyesalan
- Kesadaran akan kefanaan dunia
- Harapan akan pengampunan dan kedamaian ruh
Makna tembang Megatruh sering disampaikan dalam bentuk nasehat spiritual, pengingat akan pentingnya bertaubat sebelum ajal menjemput, serta sebagai refleksi hidup agar selalu berjalan di jalan kebajikan.
Makna Tembang Megatruh dalam bahasan Jawa berasal dari kata "megat roh" dalam bahasa Indonesia artinya melepas roh. Istilah ini menggambarkan roh atau nyawa yang sudah lepas dari badan jasadnya sebab sudah waktunya kembali ke tempat yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Filosofi tembang Megatruh ini bermakna bahwa perjalanan hidup manusia telah selesai di dunia dan pada umumnya sifat manusia akan bersedih, berduka.
Pandangan lain mengartikan kata megatruh berawalan -am, pegat, ruh yang berarti mbucal kang sarwa ala (serat Purwaukara) artinya membuang apa yang bersifat buruk.
Dalam konteks budaya, tembang ini biasanya dibacakan dalam suasana berkabung, refleksi spiritual , atau sebagai bagian dari ritual doa dan renungan tentang kehidupan.
Watak atau Karakter Tembang Megatruh
Setiap tembang macapat memiliki watak atau karakter khas. Watak tembang megatruh adalah tentang kedukaan, keprihatinan, kesedihan, dan penyesalan. Tembang ini biasanya menceritakan tentang kesedihan, keputusasaan, hilangnya harapan, keprihatinan dan penyesalan.
Karakter utama yang ada pada tembang Megatruh adalah:
- Melankolis
- Sedih mendalam
- Pasrah pada takdir
- Berpikir dan merenung penuh
- Penuh doa dan pengharapan ampunan
Karakter ini menjadikan Megatruh sangat berbeda dengan tembang lain seperti Asmaradana (penuh cinta) atau Sinom (ceria dan semangat). Megatruh digunakan untuk menanamkan kesadaran akan kematian sebagai akhir yang pasti.
Guru Lagu dan Guru Wilangan Megatruh
Guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan Tembang Megatruh yaitu 12u – 8i – 8u – 8i – 8o
Artinya:
Tembang Megatruh memiliki Guru Gatra 5 larik atau baris kalimat setiap bait.
Guru Wilangan Tembang Megatruh dari 5 baris kalimat tersebut terdiri dari 12, 8, 8, 8, 8 suku kata.
Guru Lagu Tembang Megatruh dari 5 baris kalimatnya setiap kalimat berakhiran u, i, u, i, o secara berurutan.
Cara membacanya, bait pertama harus memiliki 12 suku kata dan diakhiri dengan huruf vokal “u” , bait kedua 8 suku kata diakhiri “i”, dan seterusnya. Aturan ini harus ditaati dalam penulisan tembang Megatruh agar nilai estetika dan maknanya tetap terjaga.
15 Contoh Tembang Megatruh dan Terjemahannya
1. "Karo dhawuh sadalan-sadalan anempuh,
Omah-omah diobongi,
Uwonge padha kon teluk,
Yen lumuh njur dirampungi,
Kabehe uwis kalakon."
Terjemahannya:
Dengan perintah seiring perjalanan yang ditempuh,
Rumah-rumah dibakari,
Orangnya disuruh meminta ampun,
Bila perlu segera diselesaikan,
Semua sudah dilakukan.
(Terjemahan lirik tembang Megatruh ini bukan mengartikan makna dari setiap lirik tembang megatruh. Karena setiap kata dalam bahasa jawa juga dapat bermakna kiasan yang dalam hal ini penulis kurang begitu memahami makna dan arti kata dalam bahasa Jawa secara mendalam. Sehingga untuk menghindari pengartian dan pemaknaan yang kurang tepat penulis tidak menyertakan makna lirik tembang megatruh.)
2. "nJeng Pangeran dipikul ana ing tandhu,
Nanging pijer ora eling,
Sawise adoh lan mungsuh,
Lan wis ora nguwatiri,
Padha leren alon-alon."
Terjemahannya:
Seorang Raja dipikul diatas tandhu,
Namun tetap tidak ingat,
Setelah jauh dan musuh,
Dan sudah tidak mengkhawatirkan,
Semua istirahat perlahan-lahan.
3. "Kawulane kabeh nyedhak padha ngrubung,
Ngupakara marang Gusti,
Kocap ana uwong maju,
Amiyak para prajurit,
Bareng ketok uwong wedok."
Terjemahannya:
Semua umatnya mendekat dan menggerombol
mengingatkan kepada Tuhan
Setelah ada orang yang maju
Diatara para prajurit,
Setelah terlihat seorang perempuan.
4. "Nuli clathu amit sadaya priyantun,
Kula parenga nyelaki,
Badhe tumut urun rembug,
Sukur saged anjampeni,
Wong-wong sing weruh malenggong."
(Kepaten Obor)
Terjemahannya:
Kepada semua orang maaf saya ingin berbicara,
Perkenankan saya mendekat,
Ingin ikut berbicara,
Sukur dapat membantu,
Orang-orang yang melihat terbengong.
5. "Kabeh iku mung manungsa kang pinujul,
Marga duwe lahir batin,
Jroning urip iku mau,
Isi ati klawan budi,
Iku pirantine ewong."
Terjemahannya:
Semua itu hanya manusia yang lebih unggul,
Karena memiliki lahir batin,
Didalam kehidupan itu,
Isi hati serta budi,
Itulah bekal kebaikan yang dimiliki manusia
6. "Nalikane mripat iki wis ketutup,
Nana sing bisa nulungi,
Kajaba laku kang luhur,
Kang ditampi marang Gusti,
Aja ngibadah kang awon."
Terjemahannya:
Disaat mata ini sudah tertutup,
Tidak ada yang bisa menolong,
Selain amal kebaikan,
Yang diterima oleh Tuhan,
Jangan berbuat hal buruk.
7. "Sigra milir sang gethek si nangga bajul,
Kawan dasa kang njageni,
Ing ngarsamiwah ing pungkur,
Tanapi ing kanan kering,
Sang gethek lampahnya alon."
Terjemahannya:
Terlihat si kapal melintas diatas buaya,
Teman akrab yang menjaga,
Didepan serta dibelakang,
Dihadapan jalan yang sulit,
Si kapal berjalan perlahan.
8. "Aywa kliru kang jeneng urip iku,
Ya kang gumelar neng bumi,
Sing bisa branahan iku,
Run tumurun ing salami,
Tetuwuhan kewan janma."
Terjemahannya:
(Menyusul)
9. "Kacarita kyana patih dhendhabahu,
Pan sarwia teken encis,
Amenggang gesar wawulung,
Apindha jakir nagari,
Yen ka anggul janma menggok."
Terjemahannya:
(Menyusul)
10. "Kangwas kitha mangsa kena kaliru,
Suwanda-suwanda yekti,
Sasra bau sasra bau,
Yen lagi kinarya silih,
Yekti lang sipating loro."
Terjemahannya:
(Menyusul)
11. "Dhuh Gusti ku Sri Rama kang hambeg sadu,
Patik bra hatur hudani,
Kalamun kusumaningrum,
Dyah Sinta sinaut wani,
Dening Ngalengka sang katong."
Terjemahannya:
(Menyusul)
12. "Yen woh-wohan enak mentah iku timus,
Enak mateng iku kweni,
Manggis enak blibaripun,
Palem enak mateng ati,
Salah enak rada bosok."
Terjemahannya:
(Menyusul)
13. "Puluh puluh wus begjane awak ingsun,
Kudu pisah yayah wibi,
Tan langgeng den mong wong sepuh,
Baya wus karsaning Widhi,
Pinasthi dhewe wak ing ngong."
Terjemahannya:
(Menyusul)
14. "Dhuh dhuh Dewa Bathara ingkang linuhung,
Mugi paringa aksami,
Mring dasih kang wlas ayun,
Kasangsaya gung prihatin,
Sru nalangsa jroning batos."
Terjemahannya:
Ya Tuhan yang maha luhur,
Berikanlah pertolongan,
Kepada orang yang membutuhkan,
Lebih-lebih kepada yang sangat kekurangan,
Begitu sedih didalam hati melihatnya.
15. "Nora kena sinelak selak pineluk,
Mringkang ngadhang adhang sisip,
Yen lara anggepi reku,
Temah kether maring ngening,
Adoh kaelet tan adhoh."
Terjemahannya:
(Menyusul)
Video Tembang Megatruh
Baca juga:
Tembang Macapat: Sejarah, Struktur dan Contohnya
Kumpulan Tembang Macapat Sesuai Urutan Lengkap Makna dan Contohnya
5 Contoh Tembang Macapat Maskumambang dan Artinya Secara Lengkap
6 Contoh Tembang Gambuh dan Artinya Secara Lengkap
Demikian pembahasan tentang "Tembang Megatruh: Makna, Watak, dan Contohnya" Yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel Tembang Macapat lainnya hanya di situs SeniBudayaku.com.