Mengenal Kebudayaan Daerah Banten
Kebudayaan Daerah Banten
Kebudayaan Provinsi Banten Sangatlah unik. Beragam suku bangsa yang mendiami daerah Banten ini menjadikan kebudayaan Provinsi Banten semakin Beragam. Secara kultural wilayah Provinsi Banten terbagi atas tiga wilayah. Wilayah Banten Utara (Kabupaten Serang dan Cilegon) didominasi oleh orang-orang dari suku Jawa dan Cirebon. Wilayah Banten Selatan (Kabupaten Lebak dan Pandeglang) didominasi suku Sunda. Wilayah Banten Timur (Kabupaten/ Kota Tangerang) masyarakat heterogen. Ada beberapa suku bangsa pendatang yang bermukim di wilayah tersebut.
Tiap-tiap suku bangsa ini mempunyai kebudayaan sendiri. Suku bangsa pendatang membawa kebudayaan aslinya dan mengembangkannya di wilayah Banten. Terjadilah akulturasi budaya pada tataran kehidupan masyarakatnya. Percampuran multi etnik inilah yang membuat adat tradisi budaya Banten menjadi khas, unik, dan menarik.
A. Bahasa Daerah Banten
Bahasa Sunda adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Banten, terutama wilayah Banten Selatan yang mayoritas didominasi oleh masyarakat dari suku Sunda. Namun, ada perbedaan dialek dari bahasa Sunda aslinya di Priangan. Bahasa banten memiliki dialek bahasa Sunda yang terdengar kasar. Hal ini sesuai dengan karakter orang Banten yang tegas dan keras selaras kondisi alamnya di sekitar pesisir pantai.
Suku Jawa yang beanyak bermukim di Banten Utara menggunakan bahasa Jawa dialek Banten dalam pergaulan sehari-harinya. Begitupula mayarakat yang berasal dari Lampung menggunakan bahasa Lampung dialek Sunda-Banten sebagai bahasa sehari-harinya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional lebih banyak digunakan oleh masyarakat perkotaan, terutama masyarakat Banten Timur (Kota Tangerang).
Pembahasan lengkapnya Silahkan klik Bahasa Daerah Banten Lengkap Penjelasannya
B. Rumah Adat Tradisional Daerah Banten
Seni Arsitektur Sunda terlihat pada bantuk rumah dan perkampungan suku Badui dan Adat Kasepuhan Banten Kidul (Cisungsang). Rumah tradisionalnya berbentuk panggung yang dinamakan imah. Dari segi bentuk tidak terlihat berbeda antara rumah adat Baduy dengan rumah Adat Kasepuhan. Namun, dari segi bahan yang digunakan untuk pembuatannya terdapat perbedaan. Masyarakat Baduy masih memegang teguh adat istiadat sehingga kesederhanaan pada bentuk rumahnya masih sangat terlihat. Sebaliknya, rumah adat kasepuhan terlihat lebih modern karena sudah menggunakan unsur-unsur kebudayaan modern.
Pembahasan lengkapnya silahkan klik Rumah Adat Daerah Banten Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
C. Pakaian Adat Tradisional Daerah Banten
Masyarakat Banten mengenal tiga jenis pakaian adat yang digunakan untuk upacara pengantin. Pakaian adat tersebut, antara lain pakaian pengantin Banten Kebesaran, Banten Lestari, dan Banten Gaya Tangerang. Setiap jenis pakaian adat ini memiliki ciri khas dan tujuan pemakaian tersendiri.
Pada pakaian adat Banten Kebesaran, kedua mempelai mengenakan kain berbahan beludru dengan warna hijau atau hitam. Terdapat berbagai macam hiasan pada pakaian dengan menggunakan benang emas. Penutup kepala mempelai pria disebut makutaraja. Mempelai wanita juga mengenakan penutup kepala yang disebut makuta. Mempelai pria memakai selop serta tombak pendek sebagai pelengkap pakaiannya. Sebagai pelengkap pakaian, mempelai wanita mengenakan kalung , giwang, gelang, dan selop.
Pembahasan lengkapnya silahkan klik Pakaian Adat Banten Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
D. Kesenian Tradisional Daerah Banten
1. Seni Pertunjukan Daerah Banten
Salah satu kesenian tradisional asli Banten adalah Debus. Kesenia debus adalah kombinasi dari seni tari, seni suara, dan seni kabatinan yang bernuansa magis. Pertunjukan debus dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama-tama debus diawali dengan pembukaan (gembung), yaitu pembacaan salawat nabi dan dzikir kepada Allah swt. Selanjutnya beluk, yaitu lantunan zikir dengan suara keras, nyaring dan saling bersahutan diiringi tetabuhan. Bersamaan dengan itu dipertunjukkan atraksi-atraksi kekebalan tubuh seperti menyayat bagian tubuh, memakan kaca, tidur diatas papan berpaku, atau memasak dengan tungku diatas kepala yang diperagakan para pemainnya. Atraksi ini diakhiri dengan gemrung, yaitu permainan alat musik tetabuhan.
Debus hanyalah salah satu seni pertunjukan di Banten. Masih banyak jenis pertunjukan yang lain, seperti jipeng, rudat, pencak silat, pantun buhun, rampak gendang, reog, wayang golek, dan wayang garing.
2. Tari Tradisional Daerah Banten
Banten memiliki beragam tarian tradisional yang biasanya dipentaskan dalam berbagai upacara adat, penyambutan tamu, atau pentas budaya. Salah satu kesenian tari tradisional Banten yang cukup terkenal adalah tari Cokek yang berasal dari Tangerang. Tarian ini dibawakan oleh sepuluh penari wanita dan diiringi alat musik gambang kromong yang dimainkan oleh tujuh pemusik pria. Dahulu tarian yang berkesan erotis ini digunakan untuk hiburan orang-orang Belanda pada masa penjajahan. Pada masa sekarang tarian ini hanya dipertunjukkan pada acara-acara tertentu. Tari cokek merupakan kolaborasi budaya Sunda dan Cina dengan iringan musik Betawi.
Selain itu, ada juga tari Cukin yang merupakan pengembangan dari tari Cokek jyang dipandang tabu. Tari Cukin menggambarkan kegembiraan muda-mudi yang sedang bersendau gurau pada malam hari. Tarian ini dibawakan oleh lima penari wanita dan satu penari pria dengan diiringi sepuluh pemain musik. Selain kedua jenis tarian tersebut masih ada lagi tarian Banten yang lainnya, diantaranya seperti tari Saman, tari Katuran, tari Topeng, tari Dala'il Wajun, dan tari Ketuk Tilu.
3. Alat Musik Tradisional Daerah Banten
Alat Musik tradisional banten digunakan untuk mengiringi berbagai kesenian tradisional dan upacara adat Banten. Alat-alat musik tersebut meliputi alat musik pukul, tiup, petik, gesek, dan tabuh. Ada yang dimainkan secara tunggal, dan ada pula yang dimainkan secara kelompok dengan membentuk sebuah gabungan irama musik tradisional Banten yang terdengar merdu.
Masyarakat Baduy memiliki alat musik yang bernama angklung buhun atau yang lebih dikenal dengan angklung Baduy atau angklung kanekes. Angklung buhun hanya boleh dimainkan pada saat upacara adat ngaseuk pere huma dibulan kapitu hingga kasalapan. Masyarakat banten yang mendalami kesenian silat tidak lepas dari alat musik petitung. Alat musik pengiring silat ini terdiri atas kendang, gong kempul, kenong, kecrek, gong panggang, dan terompet petitung. Kesenian rudat Banten juga menggunakan alat musik rabana (terbang) dalam setiap pementasannya. Alat ini terdiri atas dua buah gedong bibit, mapat, telu, kemcang, kempul kembar, dan nganak.
Ibu-ibu di wilayah Adat Kasepuhan Cisungsang saat menumbuk padi menghasilkan musik yang disebut gondang. Hantaman antan pada badan lesung menghasilkan harmonisasi irama yang indah. Irama pukulan ini berpadu dengan nyanyian dan jogetan (ibing) ibu-ibu yang bersemangat. Terbentuklah sebuah pertunjukan seni musik tradisional yang mengesankan.
Sebagai bagian dari masyarakat Sunda, masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul juga mengenal alat musik yang lain seperti angklung buhun, dog-dog lojor, rengkong, toleat, calung renteng, karinding, celempung, dan ketimpring. Berbagai alat musik ini dapat dinikmati pada saat acara perayaan serentaun.
4. Seni Kerajinan Rakyat Banten
Salah satu kerajina rakyat Banten yang saat ini sukup fenomenal adalah batik Banten. Batik Banten memiliki motif yang berbeda dari batik-batik daerah lainnya. Meskipun belum lama diperkenalkan, tetapi pesona batik Banten mampu menarik khalayak umum.
Salah satu tokoh yang mempopulerkan batik banten yaitu Bapak Uke Kurniawan. Bersama seorang arkeolog yang banyak meneliti Banten Lama, yaitu (alm.) Hasan M. Ambary, beliau memperkanalkan ragam hias Banten lama dalam bentuk kain batik pada tahun 2002. Hingga saat ini sudah ada 50 ragam hias yang berhasil dituangkan dalam kain batik dari 70 ragam hias yang ditemukan. Dua belas diantaranya sudah dipatenkan sebagai Motif kain batik banten pada tahun 2003. Motif-motif tersebut antara lain Datulaya, Pamaranggen, Pasulaman, Kapurban, Pancaniti, Mandalikan, Pasepen, Surosowan, Kawangsan, Srimanganti, Sabakingking, dan Pejantren.
Seni kerajinan juga tidak lepas dari masyarakat Baduy. Ibu-ibu diperkampungan Baduy menghasilkan tenunan berupa kain, selendang, baju, celana, ikat kepala, dan sarung. Hasil kerajinan masyarakat Baduy lainnya yaitu koja, jarog (tas dari kulit teureup), golok, parang, dan berbagai anyaman dari bambu. Selain itu di beberapa wilayah juga ditemukan seni kerajinan yang khas. Kerajinan kayu dapat dijumpai di Desa Taman Jaya. kerajinan gerabah terdapat di Bumi Jaya. Daerah Rangkas Bitung terkenal sebagai sentra kerajinan batu kalimaya atau onix.
E. Upacara Tradisional Daerah Banten
Berbagai upacara adat tradisional masih ada dan dilaksanakan oleh masyarakat Banten hingga saat ini. Upacara adat tersebut antara lain upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup serta upacara adat yang berhubungan dengan aktifitas manusia dan lingkungannya. Jenis upacara yang berhubungan dengan daur hidup diantaranya seperti upacara pada masa kehamilan, kelahiran, kanak-kanak, masa dewasa, masa perkawinan, dan masa kematian.
masyarakat Baduy juga mengenal tiga upacara adat yang berkaitan dengan kegiatan perladangan, yaitu ngawalu, ngalaksa, dan seba. Sebagai bagian dari Adat Kasepuhan Banten Kidul, masyarakat Baduy juga mengikuti upacara Seren Taun. Inilah upacara terbesar dalam tradisi Adat Kasepuhan Banten Kidul sebagai bentuk rasa syukur masyarakat banten Kidul atas hasil panen yang berlimpah. Seren Taun menjadi puncak dari rangkaian panjang ritual berladang yaitu ngaseuk, sapang jadian pare, salametan pare nyiram (mapag pare beukah), sawenan, mipit pare, nganjaran (ngabukti), dan panggokan.
Pembahasan lengkapnya silahkan klik Upacara Adat Banten Lengkap Penjelasannya
F. Senjata Tradisional Banten
Golok adalah senjata khas Banten. Jenis senjata ini sangat lekat dengan pendekar dan jawara Banten. Dahulu golok berfungsi sebagai senjata pertahanan diri, tetapi sekarang hanya sebagai alat seni bela diri. Salah satu golok khas banten yang terkenal yaitu golok ciomas. Golok yang hanya dibuat di daerah Ciomas ini terkenal karena ketajaman dan nilai mistisnya. Menurut cerita golok ciomas hanya dibuat pada bulan Maulud dan melalui tahapan ritual yang panjang.
Golok juga tidak lepas dari masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul dan suku Baduy. Orang baduy selalu menyelipkan golok kemana pun mereka pergi. Golok menjadi alat utama saat mereka berladang dan berburu di hutan. Selain itu, dalam tradisi masyarakat Banten juga dikenal senjata-senjata tradisional lainnya seperti keris, tombak, kujang, godam, parang, pedang, dan panah.
G. Makanan dan Minuman Tradisional Banten
Makanan khas Banten salah satunya adalah Rabeg. Rabek adalah makanan khas Banten yang bentuknya mirip dengan gulai kambing atau rawon. Makanan ini terbuat dari daging dan jeroan kambing. Makanan kaum bangsawan dan sultan ini hanya terdapat di Kabupaten Serang.
Ada juga makanan khas Banten lainnya, seperti nasi sumsum dari Kabupaten Serang yang terbuat dari nasi putih dan sumsum tulang kerbau. Makanan khas lainnya yang dapat ditemui di Provinsi Banten yaitu mahbub, jejorong, sup sirip hiu, satai bandeng, sup bebek, satai bebek khas Cibeber, sapo terung lemang malimping, laksa tangerang, ketan bintul, ketan cuer, dendeng kerbau, emping melinjo, kue pasung, buah kranji, emping jengkol, dan kulit tangkil.
Demikian ulasan tentang "Mengenal Kebudayaan Daerah Banten" yang dapat kami sampaikan. Artikel ini dikutib dari buku "Selayang Pandang Banten : Giyarto". Baca juga artikel kebudayan Indonesia menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.
Posting Komentar untuk "Mengenal Kebudayaan Daerah Banten"
Silahkan berkomentar yang baik dan sopan, komentar dengan link aktif akan kami hapus.