Tembung Saroja: Pengertian dan Contoh Kalimatnya
Bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat kaya akan bentuk dan struktur kata. Di antara banyak jenis tembung (kata) dalam bahasa Jawa, ada satu jenis tembung yang sering digunakan dalam percakapan maupun karya sastra, yaitu tembung saroja .
Meski terlihat sederhana, tembung saroja memiliki nilai artistik tersendiri dalam berbahasa karena memberikan penekanan makna, irama, dan keindahan dalam ujaran atau tulisan.
Artikel ini akan mengupas secara lengkap mulai dari pengertian tembung saroja, contoh-contohnya yang sering digunakan, hingga contoh kalimat tembung saroja yang bisa langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tembung Saroja Yaiku
Tembung saroja yaiku tembung loro kang padha tegese utawa meh padha tegese kang lumrah dianggo bebarengan.(terjemahan; Tembung saroja yaitu dua kata yang sama artinya atau hampir sama artinya yang dipakai bersamaan).
Tembung saroja merupakan istilah dalam tata bahasa Jawa untuk menamakan kata atau tembung Jawa berupa dua kata yang memiliki arti sama atau hampir sama yang dipakai bersamaan. Biasanya fungsi dari kata atau tembung saroja yang kedua adalah untuk menguatkan atau menegaskan (mbangetake) arti kata yang pertama.
Contoh Tembung saroja dalam bahasa Indonesia: "merah membara", "hancur lebur", "bahagia sejahtera"
Contoh Tembung saroja dalam bahasa Jawa: "Abang mbranang", "Ajur mumur", "Ayem tentrem"
Masyarakat Jawa yang setiap hari berdialok menggunakan bahasa Jawa secara sadar maupun tidak sadar sering mengucapkan kalimat yang dikenal dengan tembung saroja. Contoh ukara tembung saroja misalnya; "Sulimin numpak motor tibo raine Babak bundas" dan "Keluargane Bu Sumirah saiki urip Ayem tentrem". Babak bundas sing tegese babak belur dan Ayem tentrem sing tegese bersuka cita dalam kalimat tersebut merupakan contoh tembung saroja yang digunakan pada kalimat bahasa Jawa. Selain contoh di atas masih banyak lagi macam-macam tembung saroja lan tegese yang sering digunakan dalam ukara Jawa atau kalimat Bahasa Jawa.
Contoh Tembung Saroja Lengkap
Abang mbranangAdas pilawaras
Adhem ayem
Adi luhung
Ajur-ajer
Akal budi
Andhap asor
Angkara murka
Angkat junjung
Amrik angambar
Amrik minging
Apus krama
Arum ngambar
Arum wangi
Atut runtut
Asih tresna
Ayem tentrem
Babak belur
Babak bundhas
Bagas waras
Bakul sinambiwara
Bala kuswa
Bau suku
Bapa biyung
Bapa pekewuh
Bibit kawit
Blaka suta
Bobot timbang
Bot repot
Budi pakerti
Campur adhuk
Campur bawur
Candhak cekel
Candik kala
Ciri wanci
Colong jupuk
Dana driyah
Darma bekti
Dhawuh pangandika
Dhawuh timbalan
Dhodhok selehe
Duga kira
Edi peni
Endah peni
Entek ting
Ewuh pakewuh
Ewuh aya
Gagah prakosa
Galap gangsul
Gandhes luwes
Gemah ripah
Gandheng ceneng
Gemi setiti
Gethok tular
Gilir gumanti
Giran gumuyu
Gulung koming
Guna sarana
Guyub rukun
Godha rencana
Iguh patikel
Imbal pangandika
Imbal wacana
Jabang bayi
Jala sutra
Jalma manungsa
Japa mantra
Jejel riyel
Kabur kanginan
Kadang konang
Kadhang kala
Kajen keringan
Kepalu kepenthung
Keblat kliwat
Kesampar kesandhung
Kocap kacarita
Lagak lageyan
Lagak lagu
Labuh pati
Lara lapa
Lega lila
Lila legawa
Lir pendah
Loh jinawi
Malang megung
Mobak musik
Mubeng minger
Mudha taruna
Mukti wibawa
Mula buka
Mulang muruk
Murba wasesa
Murub-mubyar
Nangis ngguguk
Njungkir walik
Ngalap berkah
Nistha papa
Njarah rayah
Olah pikir
Olah salira
Obah mosik
Obah owah
Owah gingsir
Pait getir
Padhang njingglang
Papa cintraka
Pati geni
Pati rasa
Polah tingkah
Pokal gawe
Puji pandonga
Rahayu slamet
Rai gedheg
Raja kaya
Raja pati
Rame gemuruh
Rebut dhucung
Reka daya
Remuk rempu
Remuk bubuk
Sabar drana
Sabar narima
Salah kaprah
Salang tunjang
Sanak kadang
Sanak sedulur
Sapa aruh
Sato kewan
Sekti mandraguna
Seger kuwarasan
Sembah sungkem
Sepi mamring
Sih kawelasan
Sih tresna
Sisik melik
Solah bawa
Solah tingkah
Suka rena
Sumbang surung
Sungsun timbun
Tadhah udan
Tahan banting
Tahu tempe
Tahan uji
Tambal sulam
Tandang grayang
Tangga teparo
Tanem tuwuh
Tapa brata
Tata cara
Tata krama
Tata trapsila
Teguh santosa
Tepa palupi
Tepa tuladha
Tepa slira
Terang bendherang
Terang temaca
Tindak tanduk
Tukar padu
Tumpang tindhih
Tutur sembur
Uba rampe
Udan tangis
Undha usuk
Upa kara
Urun rembug
Utang silih
Wadya bala
Was sumelang
Watak wantu
Welas asih
Wor asuh
Yayi aji
Yayah wibi
Yayah rena
Yayah sinipi
Fungsi Tembung Saroja dalam Bahasa Jawa
Tembung saroja tidak hanya digunakan untuk memperindah gaya bahasa, tetapi juga memiliki fungsi-fungsi lain yang sangat penting, antara lain:
1. Mempertegas makna
Dengan mengulang dua kata yang bermakna sama, pesan menjadi lebih kuat dan jelas.
2. Menambah nuansa estetik
sering digunakan dalam tembang macapat , geguritan , atau pidato adat karena efek bunyi yang indah.
3. Memperhalus ucapan
Dalam konteks budaya Jawa yang menjunjung kesantunan, tembung saroja bisa membuat pernyataan terdengar lebih lembut dan tidak langsung.
Contoh Kalimat Tembung Saroja
Untuk memudahkan pemahaman, berikut beberapa contoh kalimat tembung saroja dalam konteks sehari-hari:
1. Ayem Tentrem
“Sakbijaksana pindhah omah anyar, kulawarga ku ayem tentrem uripe.”
(Setelah pindah ke rumah baru, keluargaku hidup damai dan tenang.)
2. Resep Resik
“Dapuré resik resep amarga saben dina disapu lan dikumbah.”
(Dapurnya bersih rapi karena setiap hari disapu dan dipel.)
3. Luruh Leleh
“Anaké luruh leleh ning pinggir dalan, ora ngerti arepé menyang endi.”
(Anak itu menangis penuh kesedihan di pinggir jalan, tak tahu harus ke mana.)
4. Sedhih Nelangsa
“Wong wadon iku katon sedhih nelangsa ning pasar.”
(Perempuan itu tampak sangat sedih dan pilu di pasar.)
5. Guyub rukun
“Warga kampung kéné tansah guyub rukun saben ana kegiatan.”
(Warga kampung di sini selalu akrab dan kompak setiap ada kegiatan.)
Tembung Saroja dalam Sastra Jawa
Tembung saroja kerap ditemukan dalam karya sastra klasik seperti tembang macapat , geguritan , atau serat-serat filsafat Jawa . Kata-kata ini tidak hanya digunakan untuk memperindah bait puisi, tetapi juga untuk memperkuat pesan moral atau emosi yang ingin disampaikan.
Contoh dalam lagu:
“Ayem tentrem rasa ati, naliko ndeleng cah ayu mlaku alon.”
(Perasaanku tenang saat melihat gadis cantik berjalan perlahan.)
Tembung saroja merupakan bagian dari kekayaan berbahasa dalam budaya Jawa yang bukan hanya memperkuat makna, tetapi juga memperindah representasi. Dalam percakapan, karya sastra, maupun pidato, yang menunjukkan kedalaman perasaan, estetika bahasa, dan kecanggihan berbahasa seseorang.
Dengan mengenali dan memahami contoh tembung saroja serta penggunaannya dalam kalimat, kita tidak hanya belajar tentang kosakata baru, tetapi juga memperkuat hubungan dengan warisan budaya leluhur. Mari kita lestarikan bahasa Jawa, dimulai dari hal sederhana seperti tembung saroja.
Baca juga:
Tembung Garba: Pengertian dan Contohnya
Tembung Camboran: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
Tembung Dasanama dalam Bahasa Jawa Secara Lengkap
Demikian ulasan tentang "Tembung Saroja: Pengertian dan Contoh Kalimatnya" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel Kawruh Basa Jawa menarik lainnya hanya di situs SeniBudayaku.com.