Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Karawitan dan Jenis Gending Karawitan Jawa

Pengertian Karawitan

Karawitan berasal dari kata rawit, yang berarti rumit dan berbelit-belit dapat pula berarti halus, lembut, cantik berliku-liku, dan enak. Kata rawit mendapat awalan ka-dan akhiran-an menjadi karawitan biasa digunakan krawitan. Hal ini terjadi karena adanya proses penghilangan atau pelesapan vokal.

Karawitan atau krawitan mempunyai dua makna, yakni makna umum dan makna khusus. Krawitan dalam arti umum berarti musik instrumental. Krawitan dalam arti khusus adalah seni suara vokal atau instrumentalia berlaras slendro dan pelog.

Karawitan dapat berdiri sendiri artinya dapat disajikan secara mandiri, dapat juga disajikan dengan seni yang lain. Seni lain yang diiringi karawitan diantaranya seni wayang, seni tari, seni kethoprak, seni ludrug, seni wayang wong, dan seni Jawa lainnya.

seni-karawitan-jawa
Seni Karawitan Jawa
Seni karawitan merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan suara sebagai mediumnya (bahan baku). Selain seni karawitan, masih banyak cabang-cabang seni lainnya, seperti seni lukis, seni tari, seni drama, seni sastra, seni teater, seni kriya, dan lain-lain. Yang membedakan cabang seni yang satu dengan yang lainnya adalah bahan baku atau mediumnya yang berbeda dari setiap seni.

Suara merupakan bahan baku (medium) dari seni karawitan. Bahasa merupakan bahan baku (medium) dari seni sastra. Gerak, medium dari seni tari dan bentuk serta warna adalah medium dari seni lukis.

Pengolahan bahan baku tersebut dilakukan oleh pekerja seni yang disebut dengan seniman. Sedangkan hasil olahannya disebut karya seni. Oleh seniman pengolahnya, karya seni difungsikan sesuai dengan tujuan pembuatannya. Karya seni baru dapat dikatakan memiliki fungsi apabila karya yang diciptakannya itu dipergelarkan kepada orang lain. Karena adanya tujuan pembuatan dan dipergelarkannya karya seni tersebut maka karya seni termasuk seni karawitan memiliki kegunaan (fungsi) baik bagi seniman penciptanya maupun bagi penikmatnya (apresiator).

Dari adanya fungsi penciptaan tersebut, seni karawitan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu karawitan murni dan karawitan fungsional.

A. Karawitan Murni

Di dalam karya seni termasuk seni karawitan Jawa melekat adanya tujuan atau maksud dari penciptaannya. Maksud tersebut tentu harus dapat terkomunikasikan kepada orang lain. Komunikasi antara pencipta atau penyaji dengan penontonnya itulah yang disebut kegiatan apresiasi.

Di dalam penyajian seni karawitan khususnya lagu sekaran (yang disajikan dengan nyanyian) terdapat unsur bahasa yang tertuang di dalam rumpaka atau geguritan lagu. Dengan demikian, maksud atau tujuan karya seni karawitan sebagaimana dikemukakan di atas, bagi penonton awam akan lebih mudah mengerti dengan cara memperhatikan rumpaka lagunya. Tetapi, bagi penonton yang telah tinggi atau terlatih apresiasi seninya, memperhatikan maksud yang terkandung di dalam karya karawitan itu, tidak hanya memperhatikan rumpaka lagunya saja melainkan dengan cara menikmati keindahan suara yang dihasilkannya.

Demikian pula cara yang dilakukan seniman dalam menyajikan karya seninya, ada yang menggunakan kekuatan seni karawitan secara utuh dan ada pula yang menggunakan media lain selain seni karawitan. Cara yang pertama itulah yang dimaksud dengan fungsi karawitan murni, yaitu cara dan maksud penyajian yang seutuhnya menggunakan dan bertujuan untuk ruang lingkup seni karawitan itu sendiri.

Kaitan dengan hal tersebut maka pada karawitan murni terdapat tiga fungsi seni karawitan, yaitu fungsi ungkapan jiwa, apresiasi, dan hiburan.
1. Ungkapan Jiwa
Ungkapan jiwa ialah penyajian karawitan yang difungsikan oleh senimannya untuk mengungkapkan apa-apa yang ada di dalam jiwanya.

2. Apresiasi
Karawitan berfungsi apresiasi, artinya yaitu jika setelah menikmati karya karawitan baik melalui pergelaran ataupun dengan cara mendengarkan, akan tumbuh pengalaman baru pada penonton dan penikmatnya.

3. Hiburan
Karawitan berfungsi hiburan, artinya adalah dengan bermain atau mendengarkan karawitan, seseorang dapat terhibur dan tumbuh perasaan senang di dalam hatinya.

B. Karawitan Fungsional

Seni karawitan dapat dikatakan fungsional, apabila adanya maksud atau penyajian seni karawitan yang tidak seutuhnya untuk kepentingan seni karawitan. Dalam arti ada fungsi lain selain fungsi penyajian seni karawitan itu sendiri. Ditinjau dari fungsional tersebut, terdapat tiga fungsi, yaitu sebagai musik pengiring, sosial, dan komersial.
1. Musik Pengiring
Yang dimaksud pengiring artinya kedudukan seni karawitan hanya merupakan salah satu bagian dari seluruh penyajiannya. Artinya ada fungsi lain yang mungkin lebih penting selain tujuan seni karawitan.

2. Sosial
Secara khusus tidak sedikit sajian seni karawitan yang difungsikan sebagai sarana untuk memengaruhi jiwa atau merubah pikiran yang mendengarkannya untuk tujuan sosial, seperti pendidikan, penerangan, menyukseskan suatu program, kampanye politik, agama, dan sebagainya.

3. Komersial
Seiring kemajuan zaman dan kebutuhan hidup manusia, seni karawitan tidak hanya bertujuan untuk kepuasan yang bersifat batiniah atau kepuasan spiritual semata. Sekarang orang melakukan kegiatan berkesenian termasuk seni karawitan, bertujuan pula untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah atau materi. Para seniman menggunakan profesi dalam seni karawitan untuk mendatangkan upah.

Istilah karawitan meskipun sering kita dengar namun belum menjadi istilah yang dikenal secara luas. Berbeda dengan seni suara yang telah dikenal secara luas. Padahal dari dua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama.

Beberapa pendapat tentang asal mula karawitan antara lain sebagai berikut.
1. Berasal dari kata rawit, nama jenis cabai yang ukurannya kecil, warnanya merah menyala dan rasanya pedas. Dalam hal ini karawitan diartikan sesuatu yang unik, indah, dan berguna.
2. Kata rawit bunyi dan pengucapannya hampir sama dengan kata rumit. Dalam hal ini karawitan diartikan sebagai cabang ilmu yang pelik dan mencakup berbagai aspek kehidupan.

Selain dua pendapat di atas tentang asal mula karawitan, ada juga dua pengertian yang lain, yaitu pengertian khusus dan pengertian umum. Dalam pengertian khusus, seni karawitan adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari seni yang meliputi seni musik, seni tari, seni rupa, dan seni sastra. Sementara pengertian karawitan secara umum yaitu salah satu cabang kesenian yang menggunakan suara sebagai medianya serta memiliki ciri-ciri khusus kedaerahan di seluruh Indonesia.

Seni daerah lebih sering juga dikenal dengan istilah tradisi. Adapun ciri-ciri seni tradisi antara lain berusia tua, tidak diketahui penciptanya, dan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karawitan ialah seni suara yang mempunyai ciri tradisi atau kedaerahan di Indonesia, termasuk di dalamnya ciri tradisi daerah.

Seni karawitan tersebar di beberapa wilayah di indonesia diantaranya terdapat di Pulau Jawa, Sumatra, Madura, dan Bali. Karawitan memainkan alat musik bernama gamelan. Sebagai contoh gamelan pelog/slendro, gamelan Cirebon, gamelan degung, dan gamelan Cianjuran (untuk bentuk sajian ansambel/ kelompok). Dalam praktiknya, seni karawitan bisa digunakan sebagai pengiring tarian dan nyanyian. Namun, tidak tertutup kemungkinan untuk mengadakan pementasan musik saja.

Krawitan dipergunakan seperangkat gamelan dengan laras slendro dan pelog. Dalam karawitan sangat berkaitan dengan titilaras pathet dan irama. Titilaras adalah tulisan atau tanda untuk penyimpulan nada-nada yang sudah tertentu tinggi rendahnya. Titilaras dalam gamelan ada dua, yakni:

1. Titilaras Slendro (SI):
  • Penunggul : 1, siji (ji)
  • Gulu : 2, loro (ro)
  • Dhadha : 3, telu (lu)
  • Lima : 5, lima (ma)
  • Nem : 6, enem (nem)

2. Titilaras Pelog (PI):
  • Penunggul : 1,siji (ji)
  • Gulu : 2, loro (ro)
  • Dhada : 3, telu (lu)
  • Pelog : 4, papat (pat)
  • Lima : 5, lima (ma)
  • Nem : 6, enem (nem)
  • Barang : 7, pitu (pi)

Pathet adalah susunan nada di dalam suatu laras yang menimbulkan suasana tertentu. Pathet ada dua macam, pathet laras slendro dan pathet laras pelog. Pembagian pathet sebagai berikut: 
1. Pathet Laras Slendro ada 3 macam, yakni: 
a. Slendro Pathet 9 (sanga)
b. Slendro Pathet 6 (nem)
c. Slendro Pathet Manyura

2. Pathet Laras Pelog ada 3 macam, yakni: 
a. Pelog Pathet 5 (ma)
b. Pelog Pathet 6 (nem)
c. Pelog Pathet Barang.

Irama adalah cepat lambatnya pukulan pada penyajian gendhing. Untuk menentukan irama sebagai tolok ukurnya adalah pukulan saron penerus dengan ricikan balungan (saron barung, demung, dan slenthem). Irama bisa dibagi beberapa macam, yakni:

1. Irama Lancar (seseg) 1/1
2. Irama I (satu) atau tanggung 1/2
3. Irama II (dua) atau dados 1/4
4. Irama III (tiga) atau irama wiled 1/8
5. Irama IV (empat) atau irama wiled rangkep 1/16

Gending Karawitan Jawa

Gending karawitan Jawa dibedakan menjadi dua yaitu gending dengan laras slendro dan gending dengan laras pelog. Kedua gending itu tentu saja terdapat banyak perbedaan, namun selain terdapat perbedaan juga ada persamaan.

Perbedaan pada kedua gending itu adalah pada gerak lagu, irama atau ritmenya. Gending-gending berlaras slendro lebih kalem, luwes, dan menarik hati. Iramanya mengalun lembut, tenang, dan penuh wibawa, cocok untuk kaum tua atau kaum sepuh. Sedangkan gending-gending berlaras pelog lagunya penuh gairah, sentuhan ritme melengking-lengking kenes, lagunya menyenangkan hati, penuh greget. Irama dengan gending ini sangat cocok untuk kaum muda atau orang tua dengan jiwa muda.

Gending-gending laras pelog sangat pas dengan jiwa anak muda atau orang yang berjiwa muda. Dalam pagelaran tari gending yang penuh semangat akan membuat para penari juga semangat membawakan tariannya.

Adapun persamaan gending slendro dan pelog adalah keduanya dapat digunakan untuk mengiringi salah satu macam tarian, umpamanya tari golek Lambangsari, tari Gambyong. Patokan-patokan yang ada pada gending-gending slendro hampir sama dengan gending pelog.

Gending-gending laras pelog dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. gending laras pelog patet 5,
2. gending laras pelog pathet 6,
3. gending laras pelog pathet barang (7)

Ketiga gending di atas banyak digunakan atau dipakai pada waktu pertunjukan wayang gedog. Yang dimaksud wayang gedog adalah wayang Panji, yakni wayang yang menggambarkan sejarah kerajaan Jenggala dan Kediri. Kata gedog berasal dari kata kedok yang berarti atau bermakna topeng.

Gending-gending laras slendro juga dibagi menjadi tiga, yakni:
1. gending laras slendro pathet 6,
2. gending laras slendro pathet 9,
3. gending laras slendro pathet manyura.

Gending-gending laras slendro banyak dipakai untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit atau wayang purwa.

Selain untuk mengiringi pertunjukan wayang, gending-gending lagu pada karawitan juga untuk mengiringi, pertunjukan wayang wong, kethoprak, ludrug, upacara-upacara keraton, tari-tarian misalkan tari srimpi, tari golek, tari kelana, gambiranom, kusuma wicitra, dan gathutkaca gandrung. Selain itu, gamelan juga untuk mengiringi upacara sekaten. Gending-gending krawitan juga untuk mengiringi upacara kenegaraan, dan juga untuk upacara ruwatan.

Baca juga:
11 Macam Alat Musik Tradisional Gamelan Jawa, Lengkap Gambar dan Penjelasannya
Alat Musik Tradisional Jawa Tengah Lengkap, Gambar dan penjelasannya
Gamelan Jawa, Nama-Nama Instrumen Gamelan dan Fungsinya

Posting Komentar untuk "Pengertian Karawitan dan Jenis Gending Karawitan Jawa"