Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kata Bijak Bahasa Jawa Tentang Sabar, Aksara Jawa dan artinya

Setiap daerah di Indonesia memiliki kearifan bahasa sendiri-sendiri, salah satunya bahasa Jawa.  Hal ini dapat dilihat dari petuah-petuah, pitutur, maupun kata bijak bahasa Jawa yang diciptakan oleh para leluhur, kemudian dipelihara secara turun temurun, sehingga menjadi identitas budaya bagi masyarakat Jawa.

Petuah-petuah, pitutur, maupun kata bijak dalam bahasa Jawa tersebut menyiratkan banyak makna, salah satunya adalah kata bijak bahasa Jawa yang mengajarkan sikap sabar yang harus dimiliki oleh masyarakat Jawa. Berikut ini rangkuman tentang kata-kata bijak bahasa jawa tentang sabar dan artinya.

kata-bijak-bahasa-jawa

1. "Kawula Mung Saderma, Mobah-Mosik Kersaning Hyang Sukmo", jika ditulis dalam aksara jawa yaitu;

꧋ꦏꦮꦸꦭꦩꦸꦁꦱꦢꦼꦂꦩ꧈ ꦩꦺꦴꦧꦃ​ꦩꦺꦴꦱꦶꦏ꧀ ꦏꦼꦂꦱꦤꦶꦁ ꦲꦾꦁ ꦱꦸꦏ꧀ꦩ꧋

Jika kalimat petuah tersebut jika dijabarkan dalam aksara jawa antara lain sebagai berikut;  

  • ꦏꦮꦸꦭ ==> kawula
  • ꦩꦸꦁꦱꦢꦼꦂꦩ ==> mung saderma
  • ꦩꦺꦴꦧꦃ​ꦩꦺꦴꦱꦶꦏ꧀ ==> mobah-mosik
  • ꦏꦼꦂꦱꦤꦶꦁ ==> kersaning
  • ꦲꦾꦁꦱꦸꦏ꧀ꦩ ==> hyang sukma

Kata bijak Bahasa Jawa "Kawula Mung Saderma, Mobah-Mosik Kersaning Hyang Sukmo", artinya; “lakukan yang kita bisa, setelahnya serahkan kepada Tuhan”.

Petuah ini mengajarkan pada kita dua hal penting. Pertama, bekerjalah dengan sungguh-sungguh sesuai kemampuanmu. Dalam petuah ini juga tersirat pesa bahwa manusia tidak boleh membiarkan rasa malas menguasai diri. Kedua, serahkan hasil akhir dari setiap usaha yang dilakukan kepada Tuhan. Kewajiban kita hanyalah berusaha sementara hasil akhirnya tetaplah Tuhan yang menentukan, Dengan demikian, petuah ini menyiratkan pesan tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam hidup. Bekerja dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa termasuk salah satu caranya.

kata-bijak-bahasa-jawa

2. "Ambeg Utomo, Andhap Asor", jika ditulis dalam aksara jawa yaitu;

꧋ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦒ꧀ ꦲꦸꦠꦩ꧈ ꦲꦤ꧀ꦝꦥ꧀ ꦲꦱꦺꦴꦂ꧋

Berikut tulisan aksara jawa 'ambeg utomo andhap asor' jika dijabarkan kata per kata;

  • ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦒ꧀ ==> ambeg
  • ꦲꦸꦠꦩ ==> utama
  • ꦲꦤ꧀ꦝꦥ꧀ ==> andhap
  • ꦲꦱꦺꦴꦂ ==> asor

Kata bijak Bahasa Jawa "Ambeg utomo, andhap asor" , artinya; “selalu menjadi yang utama, tapi selalu rendah hati”.

Tidak mudah mewujudkan pesan tersurat dalam petuah ini. Di satu sisi, kita dituntut untuk memperoleh keutamaan dalam hidup, tetapi di sisi lain justru dianjurkan untuk tetap rendah hati. Ketika seseorang sudah memperoleh kemuliaan, pangkat, dan derajat tinggi, godaan terbesarnya justru menjaga sikapnya agar tetap rendah hati kepada orang lain, tidak menunjukkan kelebihannya, santun, dan penyayang. Ia kaya, tetapi tetap menjadi sahabat terbaik bagi kawannya yang miskin. Ia pandai, tetapi tetap menjadi rekan menyenangkan bagi yang kurang pandai. Ia berpangkat, tetapi tetap ramah pada yang papa. Inilah manusia mulia.

3. "Aja Nyedak Wong Ladak, Aja Nyanding Wong Muring-Muring", jika ditulis dalam aksara jawa yaitu;

꧋ꦲꦗꦚꦼꦢꦏ꧀ ꦮꦺꦴꦁ ꦭꦢꦏ꧀꧈ ꦲꦗ ꦚꦤ꧀ꦢꦶꦁ ꦮꦺꦴꦁ ꦩꦸꦫꦶꦁꦩꦸꦫꦶꦁ꧋

Jika kalimat petuah tersebut jika dijabarkan dalam aksara jawa antara lain sebagai berikut;  

  • ꦲꦗꦚꦼꦢꦏ꧀ ==> aja nyedak
  • ꦮꦺꦴꦁꦭꦢꦏ꧀ ==> wong ladak
  • ꦲꦗꦚꦤ꧀ꦢꦶꦁ ==> aja nyanding
  • ꦮꦺꦴꦁꦩꦸꦫꦶꦁꦩꦸꦫꦶꦁ ==> wong muring-muring

Kata bijak Bahasa Jawa"Aja Nyedak Wong Ladak, Aja Nyanding Wong Muring-Muring", artinya; “jangan mendekati orang yang congkak, jangan mendampingi orang yang marah-marah”.

Sudah seharusnya kita jangan akrab dengan orang-orang yang sombong. Sebab, lambat laun kita juga akan tertular perangai kesombongannya. Begitu pula jangan bergaul dengan orang pemarah karena kita dapat mengikuti kebiasaan marahnya. Hal terbaik dalam menghadapi orang-orang yang congkak adalah mengingatkan mereka sambil menunjukkan sikap rendah hati. Sementara, cara terbaik menghadapi para pemarah adalah tidak melawannya.

4. "Ana Gunem Mingkem, Ana Catur Mungkur, Ana Padu Mlebu", jika ditulis dalam aksara jawa yaitu;

꧋ꦲꦤꦒꦸꦤꦼꦩ꧀ ꦩꦶꦁꦏꦼꦩ꧀꧈ ꦲꦤꦕꦠꦸꦂ ꦩꦸꦁꦏꦸꦂ꧈ ꦲꦤꦥꦢꦸ ꦩ꧀ꦭꦼꦧꦸ ꧋

 Jika kalimat petuah tersebut jika dijabarkan dalam aksara jawa antara lain sebagai berikut;  

  • ꦲꦤ ꦒꦸꦤꦼꦩ꧀ ==> ana gunem
  • ꦩꦶꦁꦏꦼꦩ꧀ ==> mingkem
  • ꦲꦤꦕꦠꦸꦂ ==> ana catur
  • ꦩꦸꦁꦏꦸꦂ ==> mungkur
  • ꦲꦤ ꦥꦢꦸ ==> ana padu
  • ꦩ꧀ꦭꦼꦧꦸ ==> mlebu

Kata bijak Bahasa Jawa "Ana gunem mingkem, ana catur mungkur, ana padu mlebu", artinya; “ada percekcokan tutup mulut, ada pembicaraan menjelekkan orang lain tidak usah dengar, ada perselisihan menyingkirlah”.

Petuah ini menekankan tentang strategi menghindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang disebabkan oleh kesalahan yang dibuat orang-orang di sekitar kita. Bila ada orang cekcok, sebaiknya jangan ikut-ikutan, sehingga dapat memperkeruh suasana. Jika memungkinkan, lebih baik melerai, tidak perlu ikut mencari kesalahan di antara mereka. Begitu juga apabila ada orang yang sedang membicarakan kejelekan orang lain, sebaiknya biarkan saja. Tidak usah didengarkan apalagi sampai ikut ambil bagian di dalamnya. Dan, seandainya Anda menemukan ada orang yang berselisih, sementara Anda tidak kuasa menengahinya, langkah terbaik adalah menyingkir. Tutup mulut, tutup telinga, dan menyingkir terkadang bisa menjadi strategi yang tepat bagi kita untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak berguna.

5. "Dora Lara, Goroh Kerogoh", jika ditulis dalam aksara jawa yaitu;

꧋ꦢꦺꦴꦫ ꦭꦫ꧈ ꦒꦺꦴꦫꦺꦴꦃ ꦏꦼꦫꦺꦴꦒꦺꦴꦃ꧋

 Jika kalimat petuah tersebut jika dijabarkan dalam aksara jawa antara lain sebagai berikut; 

  • ꦢꦺꦴꦫ ==> dora
  • ꦭꦫ ==> lara
  • ꦒꦺꦴꦫꦺꦴꦃ ==> goroh
  • ꦏꦼꦫꦺꦴꦒꦺꦴꦃ ==> kerogoh

Kata bijak Bahasa Jawa "Dora lara, goroh kerogoh", artinya; “berdusta menderita, menipu tertipu”.

Orang Jawa mengenal tentang berlakunya hukum karma. Peribahasa atau petuah tersebut mencerminkan hal itu. Siapa yang suka berdusta kepada orang lain, maka akan menderita. Penderitaan yang paling terasa akibat perbuatan dusta, yaitu tidak dipercaya oleh orang lain, sehingga kita akan kehilangan mitra. Sebaliknya, seseorang yang suka menipu pasti akan tertipu. Oleh karena itu, sejatinya tidak ada perbuatan jahat yang tidak akan melahirkan akibat sebagai balasan bagi pelakunya. Siapa yang bermain lumpur, maka akan kotor.

6. "Gusti Paring Dalan Kanggo Uwong sing Gelem Ndalan", jika ditulis dalam aksara jawa yaitu;

꧋ꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶꦥꦫꦶꦁ ꦢꦭꦤ꧀ ꦏꦁꦒꦺꦴ ꦲꦸꦮꦺꦴꦁ ꦱꦶꦁꦒꦼꦊꦩ꧀ ꦤ꧀ꦢꦭꦤ꧀꧋

Jika kalimat petuah tersebut jika dijabarkan dalam aksara jawa antara lain sebagai berikut; 

  • ꦒꦸꦱ꧀ꦠꦶꦥꦫꦶꦁ ==> gusti paring
  • ꦢꦭꦤ꧀ ==> dalan
  • ꦏꦁꦒꦺꦴ ==> kanggo
  • ꦲꦸꦮꦺꦴꦁ ==> uwong
  • ꦱꦶꦁꦒꦼꦊꦩ꧀ ==> sing gelem
  • ꦤ꧀ꦢꦭꦤ꧀ ==> ndalan

Kata bijak Bahasa Jawa "Gusti Paring Dalan Kanggo Uwong sing Gelem Ndalan", artinya; “Tuhan memberi jalan untuk manusia yang mau mengikuti jalan kebenaran”.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa seseorang akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan sebagaimana yang diharapkan apabila ia berada di jalan kebenaran. Satu-satunya jalan kebenaran itu adalah yang telah digariskan Tuhan. Seseorang yang memiliki keinginan untuk mengikuti jalan kebenaran akan diberi kemudahan dan bimbingan-Nya."

7. "Ing Endi Dununge Pemarem lan Katentreman, Saking Angele Mapanake Rasa, Nganti Meh Ora Ana Wong kang Bisa Rumangsa Marem Ian Tentrem Uripe, Mula Kita Kudu Tlaten Ngalah Budi, Dhahana Rasa Meri Ian Drengki, Amrih Gorehing Pikir Bisa Tansah Sumingkir"

Kata bijak Bahasa Jawa tersebut artinya “Di mana tempat rasa puas dan ketenteraman? Sangat sulit menempatkan rasa, sampai tidak ada orang yang bisa merasakan puas dan tenteram dalam hidupnya. Maka dari itu, kita harus selalu bersabar. Jangan pernah ada rasa iri dan dengki, supaya pikiran jelek bisa selalu tersingkirkan”.

Sulit untuk menentukan batasan rasa puas pada setiap manusia. Umumnya, setiap orang selalu merasa kurang. Faktanya, ketika seseorang sudah memperoleh sesuatu yang diidamkan dan diyakini dapat memberinya rasa puas, tidak lama sesudah itu muncul keinginan lain. Memang begitulah faktanya. Oleh karena itu, dalam petuah ini, disebutkan bahwa beberapa cara yang dapat dilakukan seseorang agar benar benar menemukan rasa puas dalam dirinya, yaitu bersyukur, bersabar, serta tidak memiliki perasaan iri dan dengki hati, sehingga pikiran menjadi tenang, terbebas dari dugaan negatif yang dapat mencelakakan.

8. "Dening Dayaning Hawa Nafsu Iku Pancen Sakala Iku Bisa Aweh Rasa Pemarem, Nanging Sawise Iku Bakal Aweh Rasa Getun lan Panutuh marang Dhiri Pribadhi, kang Satemah Tansah Bisa Ngrubeda marang Katentremaning Pikir lan Ati, Guneman Sethithik Nanging Memikir Akeh Iku kang Tumrape Manungsa Bisa Aweh Katentreman lan Rasa Marem kang Gedhe Dhewe"

Kata bijak Bahasa Jawa tersebut artinya “Ucapan kurang baik yang terucap hanya karena hawa nafsu itu memang seketika bisa membuat rasa puas. Namun, setelah itu menyesal dan menyalahkan diri sendiri, selalu terganggu ketenteraman pikiran dan hati. Berbicara sedikit, tetapi berpikir luas itu sebagaimana manusia bisa memberi ketenteraman dan rasa sangat puas yang besar.

Renungkan dan pikirkanlah sebelum kita mengatakan sesuatu. Inilah pesan inti yang terkandung dalam petuah Jawa tersebut. Setiap ucapan yang kita katakan hanya berdasarkan dorongan nafsu, bukannya keinginan untuk membahagiakan orang lain dan memberikan wawasan baru, melainkan menyakiti berasaan orang lain. Efek negatifnya hanya akan kembali dan mengganggu pikiran kita. Itulah sebabnya, jangan sembarang bicara karena ucapan yang kurang baik dapat menjadikan hidup kita celaka.

9. "Kang Kalebu Musthikang Rat Puniku, Sujanma kang Bisa, Ngarah-arah Wahyaning Ngling, Yektinira Aneng Ngulat Kawistara"

Arti pepatah tersebut yaitu, “yang termasuk pribadi unggul adalah (orang) yang mampu bertutur kata benar dan terarah, sesungguhnya demikian itu tampak dari mimik wajahnya”.

Biasanya, kepribadian baik seseorang terlihat dari cara bersikap dan bertindak di depan orang lain. Salah satunya adalah sikap saat berbicara. Orang yang kepribadiannya baik selalu menjaga ucapannya dari perkataan dusta. Saat berbicara, jelas arah pembicaraannya. Mereka tidak akan membicarakan hal-hal yang tidak berguna, apalagi sampai menyinggung perasaan Orang lain. Begitu pula dengan raut wajahnya. Aura orang yang memiliki hati baik pasti jauh berbeda dengan yang hatinya dipenuhi kebusukan.

10. "Klabang Iku Wisane Ono ing Sirah, Kalajengking Iku Wisane Ono ing Buntut, Nanging Durjono Wisane Ono ing Sakujuring Badan"

Petuah Jawa tersebut artinya, “kelabang itu racunnya ada di kepala, kalajengking bisanya ada di ujung ekor, sedangkan orang yang durjana racunnya ada di sekujur tubuhnya”.

Pernahkah Anda memiliki tetangga yang jahat, buruk sikap dan perangainya? Orang-orang seperti ini selalu mendatangkan ketidaktenangan bagi tetangga lainnya. Ia dianggap ancaman yang perlu dijauhi. Segala gerak-geriknya senantiasa menimbulkan kekhawatiran, bahkan ketakutan.

Apabila orang Jawa menggambarkan pribadi orang jahat itu seperti mengandung racun di sekujur tubuhnya, maka penggambaran itu tidaklah berlebihan. Jika takut kepada ular, kalajengking, dan kelabang, maka kita masih bisa menghindari dengan mudah. Namun ketika memiliki tetangga atau teman yang jahat, rasanya kita tidak memiliki tempat yang aman dari tindakan bejat dan kejahatannya.

Baca juga:

Demikian rangkuman "Kata Bijak Bahasa Jawa Tentang Sabar, Aksara Jawa dan artinya" yang dapat kami sampaikan. Baca juga makna dan arti kata bijak Jawa menarik lainnya hanya di situs SeniBudayaku.com

Posting Komentar untuk "Kata Bijak Bahasa Jawa Tentang Sabar, Aksara Jawa dan artinya"