6 Jenis Tembang Jawa Beserta Contohnya
Tembang Jawa merupakan salah satu warisan budaya adiluhung yang masih dilestarikan hingga kini. Dalam tradisi masyarakat Jawa, tembang bukan sekedar bentuk hiburan, melainkan sarana edukasi, nasehat, dan penyampai nilai-nilai moral serta spiritual. Artikel ini akan mengupas jenis-jenis tembang Jawa beserta contohnya secara lengkap dan detail.
Apa Itu Tembang Jawa?
Tembang Jawa adalah karya sastra lisan berbentuk puisi yang dinyanyikan dengan aturan tertentu, seperti guru lagu (jumlah suku kata) dan guru wilangan (jumlah larik dalam tiap umpan). Tembang ini erat kaitannya dengan kehidupan spiritual, pendidikan moral, hingga hiburan rakyat.
Tembang Jawa ada bermacam-macam jenis. Ada tembang yang bersumber dari keraton dan ada juga tembang yang bersumber dari rakyat. Tembang yang bersumber dari keraton dinamakan tembang tradisional klasik, sedangkan tembang jawa yang bersumber dari rakyat disebut dengan tembang tradisional rakyat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tembang Jawa terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
- Tembang Jawa Tradisional Klasik
- Tembang Tradisional Rakyat
Mari kita bahas masing-masing jenis tembang tersebut secara detail.
1. Tembang Jawa Tradisional Klasik
Tembang klasik merupakan tembang yang berkembang di kalangan keraton atau bangsawan, bersifat sakral dan sarat nilai-nilai filosofi kehidupan. Tembang jawa klasik bersumber dari keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta. Tembang-tembang jawa klasik tersebut seperti tembang kekawin, tembang gedhe, tembang tengahan, dan tembang cilik. Penjelasan secara rinci tentang Jenis Tembang Jawa Tradisional klasik antara lain sebagai berikut.
A. Tembang Gedhe (Ageng)
Tembang Gedhe adalah jenis tembang yang digunakan dalam upacara adat, pembacaan babad, atau karya sastra kuno. Tembang Gedhe disusun menggunakan bahasa Jawa Kuno dengan syair-syair asli Jawa. Tembang-tembang gedhe tadi mempunyai aturan yaitu lampah dan pedhotan. Yang dimaksud lampah yaitu cacahing wanda saben salarik atau cacahing wanda saben sagatra. Biasanya digunakan dalam bentuk kidung atau kakawin dan memiliki struktur yang sangat kompleks.
Ciri-ciri Tembang Gedhe:
- Menggunakan bahasa Jawa Kuno (Kawi)
- Dipakai dalam karya sastra klasik seperti Kakawin Arjuna Wiwaha dan Sutasoma
- Melambangkan kesakralan dan keagungan
Contoh Tembang Gedhe: Ciptamaya, Puspa Retna, Retna Asmara, Retna Mulya, Puspa Retna.
B. Tembang Tengahan (Madya)
Tembang Tengahan merupakan peralihan antara tembang gedhe dan tembang macapat. Bahasa yang digunakan masih bernuansa klasik yaitu bahasa campuran, bahasa jawa kuno dan bahasa jawa anyar/ baru sehingga lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum. Tembang ini sering ditemukan dalam karya-karya sastra seperti serat dan babad .
Fungsi Tembang Tengahan:
- Untuk menyampaikan cerita sejarah atau legenda
- Digunakan dalam pertunjukan wayang, terutama sebagai bagian dari narasi atau suluk
Contoh tembang tengahan: Wirangrong, Balabak, Kuswarini, Kuswaraga, Juru Demung, Girisa dan Palugon.
C. Tembang Cilik (Macapat)
Tembang cilik atau tembang macapat merupakan tembang jawa klasik yang sejak dahulu diperuntukkan bagi rakyat kecil/ wong cilik. Bahasa tembang macapat/ tembang cilik mudah dimengerti dan penuh piwulang/ petunjuk yang baik bagi wong cilik.
Tembang Macapat merupakan bentuk tembang yang paling populer di masyarakat. Menggunakan bahasa Jawa modern, tembang ini terdiri dari beberapa jenis yang masing-masing memiliki aturan (pada guru lagu dan guru wilangan) serta makna filosofis yang mendalam.
Jenis-jenis Tembang Macapat:
- Pangkur – menggambarkan masa tua dan meninggalkan dunia
- Sinom – masa muda dan semangat belajar
- Dhandhanggula – keluhuran dan keindahan hidup
- Kinanthi – bimbingan dan nasihat
- Mijil – awal kehidupan
- Durma – nafsu dan amarah
- Maskumambang – sedih dan kesendirian
- Asmarandana – cinta dan kasih sayang
- Megatruh – kematian
- Pocung – akhir kehidupan dan renungan
2. Tembang Tradisional Rakyat
Tembang rakyat adalah jenis tembang yang berkembang secara lisan di tengah masyarakat Jawa, lebih fleksibel, tidak terlalu terikat pada aturan guru lagu maupun guru wilangan. Fungsi utamanya sebagai hiburan, pendidikan anak-anak, hingga pengiring kesenian daerah. Jenis-jenisnya meliputi:
A. Tembang Dolanan
Tembang dolanan jawa biasanya dinyanyikan oleh anak-anak ketika terang bulan. Biasanya pada waktu terang bulan anak-anak jawa jaman dahulu bermain bersama teman-temannya sambil menyanyikan tembang dolanan. Tembang dolanan jawa menggunakan syair yang bermakna, lucu, dan mendidik, serta tidak ada aturan baku di dalam syair atau guru lagu. Masyarakat jawa mengenal 2 jenis tembang dolanan, yaitu gagrak anyar dan gagrak lawas. Terdapat perbedaan tembang dolanan gagrak lawas dan gagrak anyar. Tembang dolanan gagrak lawas syair katanya kurang dapat dimengerti karena menggunakan syair kata pada jamannya. Sedangkan tembang dolanan gagrak anyar syairnya ditulis dengan jelas, mudah dimengerti, dan ketika diiringi gamelan disebut gending dolanan.
Fungsi Tembang Dolanan:
- Hiburan anak-anak
- Media pendidikan moral dan sosial
- Pelestarian nilai budaya sejak usia dini
Contoh Tembang Dolanan:
- Gundul-Gundul Pacul
- Cublak-Cublak Suweng
- Sluku-sluku Bathok
- Jamuran
B. Tembang Keroncong, Langgam, dan Ladrang
Jenis ini mencerminkan adaptasi musik Jawa dengan pengaruh luar seperti Portugis (keroncong) namun tetap kental nuansa lokalnya. Digunakan dalam seni pertunjukan, pengiring wayang, dan pementasan seni tradisi.
1. Keroncong dan Langgam Jawa
Menggunakan instrumen khas seperti cak, cuk, dan cello. Bertema cinta, kehidupan, dan filosofi
Contoh Langgam Jawa:
- Yen Ing Tawang Ana Lintang (Langgam Jawa)
- Sepasang Mata Bola (Keroncong klasik)
2. Ladrang
Salah satu bentuk gending (komposisi gamelan) yang digunakan dalam upacara adat dan pertunjukan wayang
Contoh Ladrang:
- Ladrang Wilujeng
- Ladrang Asmaradana
C. Tembang Campursari
Campursari adalah jenis tembang modern yang menggabungkan alat musik tradisional (gamelan) dengan instrumen modern seperti keyboard dan gitar. Liriknya bisa berbahasa Jawa, Indonesia, atau campuran.
Karakteristik Campursari:
- Memadukan unsur tradisional dan modern
- Populer di kalangan masyarakat luas
- Mengangkat tema cinta, kehidupan, dan kritik sosial
Contoh lagu Campursari:
- Sewu Kuto – Didi Kempot
- Cidro – Didi Kempot
- Kalung Emas – Manthous
Tembang jawa disusun dalam tulisan-tulisan yang baku yang isinya mengandung makna (pituduh, piwulang) tentang kehidupan dan mengagungkan nama Tuhan Yang Maha Kuasa. Tembang-tembang Jawa ditulis menurut ketentuan-ketentuan yang sudah menjadi aturan baku. Ketentuan-ketentuan tersebut memang menjadi salah satu ciri khas tembang-tembang Jawa. Selain memperhatikan guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu juga memperhatikan watak-watak tembang.
"Guru gatra yaitu cacahing gatra saben sapada atau jumlah baris saben sapada". "Guru wilangan yaitu cacahing wanda saben sagatra atau jumlah suku kata saben sabaris". "Guru lagu yaiku dhong dhinge swara di akhir gatra tembang". Ada yang berwatak marah, sedih, susah, terlunta-lunta, gembira, baik hati, dan penuh kasih sayang.
Ketika membahas tembang jawa haruslah mengerti tentang pathet, laras, dan sruti. Ketiganya merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Laras yaitu susunan nada atau susunan titilaras yang sudah ditentukan sruti-srutinya. Sruti yaitu jarak nada yang diukur centiswara atau interval. Laras slendro jumlah srutinya sama yaitu 240 centiswara/ interval. Sedangkan laras pelog mempunyai sruti berbeda. Laras ada dua jenis yaitu laras slendro dan pelog yang memiliki interval tertentu. Pathet yaitu titilaras-titilaras yang selaras yang disusun dan diracik sehingga menghasilkan kombinasi nada. Terdapat dua jenis laras, yaitu;
- Laras Slendro, yaitu; pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura.
- Laras Pelog, yaitu; pathet lima, pathet nem, dan pathet barang.
Kesenian berupa Tembang Jawa merupakan warisan budaya bangsa yang tidak ternilai. Beragam jenis Tembang Jawa hasil karya para pujangga dan seniman Jawa tersebut masih dapat kita nikmati dan perlu kita lestarikan. Berikut ini Beragam Contoh Lengkap Tembang Jawa tersebut.
"NB= Untuk mengetahui lirik dan terjemahan tembang/ lagu dalam bahasa Indonesia dari masing-masing tembang silahkan klik <Klik Lirik Tembang/ Lagu dan Terjemahan>".
Baca juga:
Tembang Macapat: Sejarah, Struktur dan Contohnya
Makna Lirik Lagu Jawa Ilir-Ilir Lengkap Terjemahannya
Lirik Lagu Dolanan Gajah-Gajah Lengkap Makna dan Terjemahannya
Demikian ulasan tentang "6 Jenis Tembang Jawa Beserta Contohnya" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel Tembang Jawa di Indonesia menarik lainnya di situs SeniBudayaku.com.